TRIBUNNEWS.COM - Kepala Staf militer Israel, Herzi Halevy, mengatakan tentara akan terus berperang dan menyerang Hizbullah dengan paksa.
Herzi Halevy melakukan penilaian situasi di kawasan Kafr Kila di Lebanon selatan, didampingi Panglima Komando Utara Mayjen Uri Gordin, Panglima Divisi Galilea (91), Brigjen Shai Kalber, dan komandan lainnya.
Ia mengklaim rantai komando Hizbullah telah runtuh akibat serangan Israel di Lebanon.
“Hizbullah telah membayar harga yang mahal. Rantai komandonya telah runtuh, banyak anggotanya terbunuh, dan infrastrukturnya telah dirusak secara luas," katanya, Sabtu (16/11/2024).
“Kelompok ini (Hizbullah) akan terus melakukan serangan, dan kami akan terus berjuang, menerapkan rencana, bergerak maju, melakukan serangan mendalam, untuk memukul ‘Hizbullah’ dengan sangat keras. Kami akan berhenti ketika kami tahu bahwa kami akan mengembalikan penduduk (di Israel utara) ke tempat yang aman,” kata Herzi Halevy.
Dia menekankan tentara Israel memantau dengan cermat pergerakan perlawanan di Iran, Yaman, Irak, dan Tepi Barat.
“Pasukan cadangan melakukan pekerjaan yang luar biasa, dan kami mendengar suara yang sama di mana-mana,” klaimnya, merujuk pada serangan Israel di berbagai lokasi.
“Mereka memberi tahu kami, para pemimpin, dan saya pikir mereka juga memberi tahu negara ini, bahwa kami melakukan yang terbaik, jadi kami harus menjaga diri kami dengan baik. Ini adalah pernyataan yang sangat penting," lanjutnya, seperti diberitakan Erem News.
Herzi Halevy juga mengatakan dia menerima surat dari istri tentara cadangan, yang mencerminkan kesulitan yang mereka hadapi, dan menyatakan, “Kami berusaha untuk meningkatkan perawatan yang diberikan kepada keluarga.”
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.
Baca juga: Israel Serang Beirut Lebanon usai Ada Seruan Evakuasi, Asap Mengepul di Atas Gedung-gedung
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 43.799 jiwa dan 103.601 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (16/11/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel