"Mata saya sudah perih selama beberapa hari terakhir," kata penarik becak Subodh Kumar, 30 tahun.
"Ada polusi atau tidak, saya harus tetap di jalan, ke mana lagi saya akan pergi?" katanya, sembari berhenti dari sarapan di warung pinggir jalan.
"Kami tidak punya pilihan untuk tetap berada di dalam rumah… mata pencaharian, makanan, dan kehidupan kami – semuanya ada di tempat terbuka."
Kebakaran lahan pertanian – tempat sisa-sisa panen padi dibakar untuk membersihkan ladang – telah menyumbang hingga 40 persen polusi di Delhi, kata SAFAR, badan prakiraan cuaca di bawah Kementerian Ilmu Bumi.
Satelit mendeteksi 1.334 kejadian seperti itu di enam negara bagian India pada hari Minggu, yang merupakan jumlah terbanyak dalam empat hari terakhir, menurut Konsorsium Riset Pemantauan dan Pemodelan Agroekosistem dari Luar Angkasa (CREAMS) India.
Buruknya Kualitas Udara India
Dikutip dari Reuters, kualitas udara di India Utara telah memburuk selama seminggu terakhir.
Polusi di New Delhi pun mencatat skor indeks sebesar 430 selama dua hari berturut-turut.
Skor ini diperkirakan akan tetap stabil hingga Jumat (15/11/2024) mendatang.
Kota ini berjuang melawan kabut asap - campuran asap dan kabut yang beracun - setiap musim dingin saat udara dingin memerangkap debu, emisi, dan asap dari kebakaran pertanian ilegal.
Sekitar 38 persen polusi di New Delhi tahun ini disebabkan oleh pembakaran jerami - praktik membakar jerami yang tersisa setelah panen padi untuk membersihkan ladang - di negara bagian tetangga Punjab dan Haryana.
Taj Mahal Tertutup Kabut Asap
Monumen bersejarah India, Taj Mahal tertutup kabut.
Negara di Asia Selatan itu dilanda polusi udara parah pada Kamis (14/11/2024)
Dikutip dari Reuters, bangunan Taj Mahal di Kota Agra nyaris tidak terlihat imbas buruknya kualitas udara di wilayah tersebut.
Menurut catatan situs penilai kualitas udara Swiss, IQAir, kota Agra saat ini mencatat skor indeks kualitas udara sebesar 174.