Jarang ada memoar politik yang diantisipasi serupa buku mantan kanselir Jerman Angela Merkel. Biografi setebal 736 halaman dengan judul "Kebebasan" itu dipublikasikan pekan ini di Jerman dan di sekitar 30 negara di dunia, termasuk di Cina.
Setelah 16 tahun memerintah dengan gaya senyap, keingintahuan publik kepada Merkel terasa besar. Sebuah sesi pembacaan buku di Deutsche Theater Berlin yang berkapasitas 600 kursi, misalnya, ludes terjual hanya dalam beberapa pekan.
Dalam "Memoar 1954-2021" itu, Angela Merkel mengingat kembali kehidupan di masa kecil dan remaja di Jerman Timur, reunfikasi Jerman dan karir politik di Berlin yang memuncak pada masa kekanseliran selama 16 tahun di penghujung musim gugur 2021.
Dari kutipan buku dan dalam sejumlah wawancara menjelang penerbitan, dia membahas kesannya kepada masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump, dominasi maskulinisme di dalam politik Jerman dan kebijakan membuka pintu bagi pengungsi yang kontroversial. Dia juga menjawab pertanyaan seputar kebijakan Jerman terhadap Rusia dan Ukraina, serta pandangan pribadinya terhadap Presiden Vladimir Putin.
Jawaban atas "kritik membabi-buta"
Jurnalis DW, Ralph Bollmann, yang juga pernah menulis biografi Merkel beberapa tahun silam, menilai penerimaan internasional terhadap memoar teranyar ini akan dipengaruhi pelantikan Donald Trump di AS.
Di masa pemerintahan pertama Trump, Merkel "dirayakan di Amerika Serikat sebagai figur tandingan dari kubu liberal-demokrat." Bahwa peluncuran memoar Merkel bertepatan dengan pelantikan Trump, "akan membantu memasarkan buku," kata Bollmann.
Merkel akan meluncurkan memoarnya di AS pada 2 Desember mendatang bersama mantan Presiden Barack Obama.
Bollmann menepis anggapan di Berlin bahwa Merkel kini "tidak lagi disukai di mana-mana," sebagai sebuah "kekeliruan." Betapapun juga, dia masih "memiliki banyak penggemar di dalam negeri."
Menurutnya, catatan hidup Merkel belum tentu mempengaruhi kampanye pemilu. "Semua akan mengutip bagian yang cocok dengan konsep masing-masing," ujarnya. Yang menarik adalah bahwa tiga kandidat kanselir, yaitu Olaf Scholz, Friedrich Merz dan Robert Habeck, terkesan berusaha merebut simpati bekas pendukung Merkel, timpal Bollmann.
Singkatnya, buku ini berisi pandangan Merkel tentang berbagai hal di dunia, kata pakar politik Adnreas Püttmann kepada DW. "Jarang ada serangan membabi-buta, kesoktahuan dan kebencian yang dicurahkan terhadap seorang pemimpin seperti terhadap Angela Merkel."
Sebab itu penting, "bahwa dia menggambarkan pandangannya sendiri kepada publik umum."
Spekulasi honor publikasi
Sebagaimana lazimnya, pihak penerbit tidak membocorkan jumlah keuntungan yang akan diperoleh Merkel. Minimnya informasi memicu ragam spekulasi, terutama di media tradisional.
Harian Köln "Stadt-Anzeiger", misalnya, menulis adanya "uang muka setinggi langit, dalam "jumlah jutaan dua digit," tanpa menyebutkan sumber informasi. Adapun Tagesspiegel di Berlin menulis angka senilai dua belas juta Euro.
Dalam sebuah wawancara dengan mingguan Der Spiegel, Merkel ditanya mengenai apakah dirinya tertarik membentuk sebuah yayasan layaknya bekas Presiden Obama. "Sebesar seperti yang sudah dilakukan Obama tidak mungkin bisa saya lakukan. Tapi lihat lah nanti," kata dia.
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman