News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Utara Luluh Lantak karena Hizbullah, Ribuan Bangunan Hancur, Rezim Netanyahu Sengaja Tutupi?

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto yang tersebar di media sosial memperlihatkan kebakaran besar di Israel utara setelah Hizbullah meluncurkan pawai rudal ke wilayah itu pada Senin (3/6/2024) sebagai respon atas serangan udara Israel di Lebanon selatan - Rezim Benjamin Netanyahu disebut sengaja menutupi kerusakan signifikan di Israel utara, buntut serangan Hizbullah.

Hal ini terjadi segera setelah laporan media Israel menunjukkan total kerusakan di  pemukiman utara telah melampaui 5 miliar shekel, setara dengan lebih dari $1,3 miliar . 

Pemukim di Utara Takut dan Frustrasi

Sebelumnya, Yedioth Ahronoth menggambarkan wilayah Israel bagaikan "mimpi buruk tak berujung" buntut serangan Hizbullah.

Serangan Hizbullah yang tanpa henti, membuat pemukim di Israel utara harus bergulat dengan ketakutan, frustrasi, dan rutinitas hidup yang tak tertahankan.

Wartawan Yedioth Ahronoth, Roi Karis, mengungkapkan keseharian pemukim di Israel utara masih didominasi evakuasi dan peringatan, meski berita tentang progres gencatan senjata terus bermunculan.

Pada Jumat (22/11/2024) malam, sebuah drone Hizbullah yang terbang selama satu jam, memaksa puluhan ribu warga Israel utara berlindung.

Wilayah Israel utara yang terus-terusan menjadi sasaran adalah al-Jalil barat, Nahariya, Akka, hingga Krayot dan Carmel.

Baca juga: Hizbullah Sukses Sergap Pasukan Israel di Lebanon Selatan, Korban Berjatuhan, Tank Merkava Dibakar

"Tidak ada satupun yang bisa melihat, kapan akhir dari serangan ini," ujar Kais.

Bagi banyak pemukim Israel utara, serangan Hizbullah menjadi rutinitas yang tak tertahankan.

Terlebih, baku tembak dan peluncuran roket dari Lebanon ke Galilea barat dan Haifa, semakin intensif.

Seorang pemukim di Nahariya, berbicara tentang trauma yang dialami para pemukim.

"Kami semua menderita. Bahkan, anjing-anjing sekarang secara naluriah berlari ke tempat penampungan," ungkapnya.

Kais juga menyoroti tantangan hidup di tempat penampungan.

Ia menggambarkan situasi di penampungan sebagai sesuatu yang sangat membuat frustrasi dan melelahkan secara mental.

Para pemukim melaporkan adanya tekanan, perpecahan, dan keputusasaan yang meningkat.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini