TRIBUNNEWS.COM, FILIPINA - Kepolisian Nasional Filipina (PNP) pada Selasa (26/11/2024), belum menerima informasi mengenai dugaan ancaman terhadap Wakil Presiden (Wapres) Filipina Sara Duterte.
“Dari pihak PNP, kami tidak menerima informasi semacam itu," kata Juru Bicara PNP Brigadir Jenderal Polisi Jean Fajardo kepada Super Radyo dzBB dalam sebuah wawancara.
Fajardo mengatakan PNP menduga ancaman apa pun terhadapnya akan diteruskan ke Kelompok Keamanan dan Perlindungan Wakil Presiden (VPSPG).
"Kita berasumsi dan menganggap bahwa hal ini sudah sampai ke VPSPG yang berada di bawah Komando Pengamanan Presiden, karena pengamanan Wakil Presiden dan Presiden kita berada di bawah tanggung jawab Komando Pengamanan Presiden," ujarnya.
Wapres Sara Duterte pada Sabtu lalu klaim memerintahkan pembunuhan Presiden Ferdinand Marcos Jr karena merasa dirinya juga terancam.
Namun dia kemudian mengklarifikasi bahwa pernyataannya bukanlah ancaman dan dia hanya menyoroti dugaan ancaman terhadap keamanannya.
"Saya berkata jika saya meninggal. Itu berarti sejak awal, ada ancaman terhadap saya. Namun, mereka tidak peduli bahwa saya juga khawatir tentang keamanan saya karena saya mendengar berbagai hal," kata Sara Duterte.
Presiden dan Wapresnya Tegang
Sementara itu, Fajardo mengatakan situasi perdamaian dan ketertiban di Filipina tetap "secara umum dapat dikelola" meskipun ada ketegangan antara dua pejabat tinggi negara tersebut yakni Presiden dan Wakil Presiden.
PNP melalui Divisi Investigasi dan Deteksi Kriminal (CIDG) sedang melakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi orang yang diduga diperintahkan oleh Wapres Sara Duterte untuk membunuh Presiden Ferdinand Marcos.
"PNP yang dipimpin oleh CIDG sedang melakukan penyelidikan setelah Kepala PNP kami memerintahkan identifikasi orang yang dimaksud Wakil Presiden dalam pernyataannya Sabtu lalu. Menetapkan identitas orang ini merupakan bagian dari penyelidikan," ujarnya.
Sementara Biro Investigasi Nasional (NBI) Filipina belum melihat siapa pun sebagai orang yang berpotensi menarik perhatian.
"Belum ada orang yang menjadi perhatian. Sebenarnya, itulah alasannya kami ingin berbicara dengan Wapres Sara. Hari ini agen kami akan menyampaikan panggilan pengadilan di Kantor Wapres," ujarnya.
Ancaman Serius ke Presiden
Sementara itu, Wakil Menteri Kehakiman Filipina Jesse Andres menilai ancaman pembunuhan wapres kepada presiden tetaplah ancaman terlepas dari kondisi apa pun yang menyertainya karena esensinya terletak pada niat untuk menimbulkan kerugian.
“Tidak ada yang namanya ancaman bersyarat. Ancaman adalah ancaman. Jika saya berkata saya akan membunuhmu jika saya tidak menyukai wajahmu, itu tetap ancaman. Saya akan membunuhmu entah saya suka atau tidak, ancaman adalah ancaman,” jelas Andres dalam wawancara dengan Teleradyo.
Andres menegaskan pernyataan Wapres Sara Duterte tetap merupakan ancaman, seraya menambahkan Duterte juga telah menyatakan akan memulai pelaksanaan ancaman tersebut dengan melibatkan jasa pembunuh bayaran.
"Semua sudah didengar dan bisa disimak atau ditonton lagi di video. Dia bilangnya tegas, dan setelah selesai bicara dia bilang 'Iya, benar, nggak bercanda.' Jadi itu benar-benar ancaman ke Presiden, dia sudah mulai melaksanakan ancamannya dengan menggunakan jasa pembunuh bayaran," jelasnya.
"Ancaman itu berbicara sendiri. Jika Anda perhatikan, dia tampak sangat serius. Kata-katanya sangat jelas dan tidak ada yang namanya ancaman bersyarat," tambahnya.
Baca juga: Sosok Sara Duterte, Wapres Filipina yang Sewa Pembunuh untuk Habisi Nyawa Presiden Ferdinand Marcos
Wakil Menteri Kehakiman juga menekankan bahwa pejabat publik harus bertanggung jawab atas perkataannya dan mematuhi kode etik.
"Tolong, beri tahu kami situasinya. Dia adalah Wakil Presiden yang sedang menjabat. Dia adalah penerima manfaat potensial dari kematian Presiden," kata Andres.
“Pejabat publik harus menjadi yang pertama untuk menjadi model, menjadi contoh dalam mematuhi aturan ini. Sungguh menyedihkan bahwa hal ini telah terjadi,” imbuhnya.
Wapres Filipina Ancam Bunuh Presidennya
Seperti diketahui akhir pekan lalu, Wakil Presiden (Wapres) Filipina Sara Duterte-Carpio secara terbuka mengeluarkan ancaman akan membunuh Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
Bahkan, Sara Duterte klaim telah menyewa seorang pembunuh untuk menghabisi Presiden Filipina.
Ibu Negara Liza Aranetaa dan Ketua DPR Filipina juga tak luput dari ancaman.
Ancaman itu mencuat karena konflik antara kedua keluarga politik itu yang kian melebar.
Sara Duterte menuduh Presiden Marcos Jr sebagai pencandu narkoba dan Ibu Negara melakukan korupsi.
Sara Duterte adalah putri mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Sara Duterte mengundurkan diri sebagai menteri dari kabinet Marcos pada Juni lalu tetapi tetap menjabat sebagai wakil presiden.
Langkah tersebut membuat koalisi politik yang sebelumnya kokoh menjadi tumbang, padahal koalisi tersebut membantu Duterte dan Marcos meraih kemenangan elektoral 2022 dengan selisih yang lebar.
Ketua DPR, Romualdez, yang juga sepupu Marcos, telah mengurangi anggaran kantor wakil presiden hampir dua pertiga.
Ledakan amarah Duterte ini merupakan yang terbaru dalam serangkaian tanda-tanda mengejutkan dari perseteruan di puncak politik Filipina.
Pada Oktober lalu, ia menuduh Marcos tidak kompeten dan bahkan mengaku pernah membayangkan ia memenggal kepala sang presiden.
Kedua keluarga terlibat perselisihan terkait sejumlah isu, termasuk masalah kebijakan luar negeri, dan perang mantan Presiden Rodrigo Duterte terhadap narkoba.
Filipina mencatat sejarah kelam terkait kekerasan politik, termasuk pembunuhan Benigno Aquino, seorang senator yang keras menentang pemerintahan Marcos senior.
Ia dibunuh saat turun dari pesawat setelah kembali ke tanah air pada 1983 pascapengasingan politik
Sumber: GMA News