TRIBUNNEWS.COM, FILIPINA - Michael Yang, penasihat ekonomi mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dituduh sebagai tokoh utama dalam operasi intelijen China di Filipina.
Begitu menurut Senator Risa Hontiveros dalam sidang di senat (parlemen) pada Senin (25/11/2024).
Sidang senat membahas mengenai maraknya operator perusahaan yang bergerak di lepas pantai Filipina (Pogos).
Hontiveros menggambarkan perusahaan-perusahaan ini sebagai “monster” yang memfasilitasi perdagangan manusia, pencucian uang, penyiksaan, dan spionase.
Untuk mendukung klaimnya, Hontiveros menunjukkan foto Yang bersama She Zhijiang, seorang mata-mata yang mengaku sebelumnya telah mengungkap keberadaan agen intelijen China di Filipina.
“Tetapi siapa yang memberi makan monster ini? Teman-teman, foto ini diberikan kepada kita oleh salah satu informan utama kita dan ini semakin memperdalam apa yang sudah kita ketahui. Michael Yang adalah aktor utama dalam operasi intelijen China di sini. Michael Yang terlibat dalam Pharmally, dan jika laporannya akurat, dalam operasi narkoba di sini. Michael Yang adalah penasihat ekonomi mantan Presiden. Kita telah dieksploitasi. Kita telah dikhianati,” kata Hontiveros dikutip dari Inquirer.net.
Untuk menekankan kekhawatirannya, Hontiveros mengungkapkan bahwa “propaganda Komunis China” ada di bawah hidung orang Filipina, khususnya di sebuah spa di samping Newport City di Pasay.
“Spa Yatai ini dulunya terkait dengan She Zhijiang, tetapi kami tidak tahu apakah dia masih memegang kendali. Informan saya pernah dipijat di sana beberapa minggu lalu, dan mereka mengambil foto kode QR yang tersedia bebas di area prasmanan. Kode QR tersebut mengarah ke sana,” ungkap Hontiveros.
Singgung Alice Guo
Meskipun dia tidak dapat memastikan apakah itu entitas yang sama, Hontiveros menunjukkan bahwa mantan walikota Bamban, Alice Guo, yang juga dikenal sebagai warga negara China terkait dengan Hongsheng Gaming Technology Inc.
Baca juga: Sosok Alice Guo, Ditangkap Polri di Tangerang, Dituduh Mata-mata China
Selain dugaan peran kunci Yang dalam operasi intelijen China di negara tersebut, Hontiveros juga mengungkap kemungkinan adanya peternakan troll Pogo yang menyebarkan kampanye disinformasi untuk memengaruhi masyarakat.
"Saya juga terkejut dengan informasi tersebut, yang mengonfirmasi beberapa teori saya sebelumnya bahwa kota penipuan digunakan untuk menyebarkan kampanye disinformasi guna memengaruhi hati dan pikiran. Tampaknya tempat-tempat ini tidak hanya ditujukan untuk perjudian, penipuan, dan perdagangan manusia, tetapi juga berita palsu," kata Hontiveros.
Hubungan China-Filipina Kurang Harmonis