TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah mobil yang mengangkut pengungsi Lebanon terpantau mulai memadati wilayah selatan setelah Israel dan Hizbullah sepakat memulai gencatan senjata.
Pemandangan serupa juga terlihat di pinggiran selatan Beirut, di mana keluarga-keluarga lain terlihat tampak bergegas kembali ke kampung halamannya sambil membawa koper, kasur, hingga perabotan rumah.
Banyak warga desa di Lebanon kemungkinan akan kembali ke daerah asal mereka yang kini sudah remuk akibat pertempuran.
Namun, ada pula keluarga yang memilih menyewa tempat tinggal dalam kondisi keuangan yang tertekan dan harapan bisa mendapat keringanan pembayaran pada bulan berikutnya.
Dikutip dari Reuters, sebelum para pengungsi balik kampung, para keluarga Lebanon yang mengungsi bahkan sempat mengadakan perayaan di halaman tempat penampungan di kota Sidon, Lebanon.
Penuh suka cita, mereka menyambut kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.
Salah satu pengungsi Lebanon, Kamal AL Haj Ali, menyatakan kegembiraan karena bisa kembali ke rumah selama gencatan berlangsung.
Adapun kesepakatan gencatan senjata Israel dengan Hizbullah, resmi diumumkan setelah kabinet keamanan Israel menyetujuinya proposal gencatan senjata yang ditawarkan AS.
Lewat kesepakatan tersebut nantinya Pasukan Israel akan mundur dari Lebanon selatan.
Sementara, Hizbullah akan mundur ke utara Sungai Litani, mengakhiri kehadirannya di selatan.
Proses gencatan senjata Ini akan memakan waktu 60 hari.
Baca juga: Isi Teks Lengkap Perjanjian Gencatan Senjata Israel dan Lebanon, Terdiri dari 13 Butir Kesepakatan
Tujuan utama dari penarikan ini adalah untuk memastikan bahwa Hezbollah tidak akan dapat membangun kembali infrastruktur militer mereka di wilayah tersebut.
Warga Diimbau Tidak Pulang ke Rumah
Meski gencatan senjata telah dimulai, namun militer meminta penduduk desa perbatasan menunda kepulangan mereka ke rumah sampai militer Israel, yang telah beberapa kali melancarkan perang melawan Hizbullah mundur dari Lebanon.
Larangan serupa juga dilontarkan pemerintah Israel. Mereka dengan tegas memperingatkan penduduk Lebanon Selatan untuk tidak kembali ke rumah mereka meski gencatan senjata telah dimulai
"Anda dilarang menuju desa-desa yang diperintahkan IDF untuk dievakuasi atau menuju pasukan IDF di daerah tersebut,” juru bicara militer Israel untuk bahasa Arab, Avichay Adraee, di X, dilansir CNN International.
Lebih lanjut, mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, satuan tugas internasional yang dipimpin oleh AS dan pasukan penjaga perdamaian Prancis kabarnya akan dikerahkan untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata.
Sementara itu, angkatan bersenjata Lebanon mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan pasukan untuk dikerahkan ke bagian selatan negara tersebut setelah gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku.
Israel Masih Bombardir Beirut
Kendati gencatan senjata resmi ditekan, namun Israel kabarnya masih melancarkan serangkaian serangan udara besar-besaran.
Serangan intensif tersebut dilakukan di seluruh Lebanon, terutama ibu kota Beirut, dan pinggiran selatan.
Hal tersebut juga turut dikonfirmasi oleh Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA).
Dalam laporan tertulisnya, mereka mengungkap tiga serangan udara Israel telah menargetkan lingkungan Noueiri di pusat kota Beirut.
Imbas pengeboman tersebut, sebuah gedung empat lantai yang menampung orang-orang yang mengungsi hancur, menewaskan 10 orang dan melukai sedikitnya 35 orang lainnya.
(Tribunnews.com / Namira Yunia)