Iran Sebut Serangan Teror di Suriah Diatur oleh Amerika Serikat dan Israel
TRIBUNNEWS.COM- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baqaei, memperingatkan bahwa pergerakan terkini kelompok teror di Suriah merupakan bagian dari rencana jahat yang diatur oleh Israel dan Amerika Serikat untuk mengganggu stabilitas kawasan Asia Barat.
Dengan keras mengutuk segala bentuk dan manifestasi terorisme, Baqaei menyerukan tindakan tegas dan terkoordinasi untuk mencegah meluasnya momok ini di kawasan.
Ia menekankan perlunya kewaspadaan dan kolaborasi antarnegara kawasan, khususnya negara-negara tetangga Suriah, untuk menetralisir konspirasi berbahaya ini.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri menyoroti bahwa, berdasarkan perjanjian yang ada di antara tiga negara penjamin Proses Astana (Iran, Turki, dan Rusia), pinggiran Aleppo dan Idlib Suriah ditetapkan sebagai zona de-eskalasi.
Ia menyatakan bahwa serangan oleh kelompok teroris Takfiri di wilayah ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian Astana dan membahayakan pencapaian positif dari proses tersebut.
Puluhan orang tewas dalam serangan terbaru oleh kelompok Takfiri di Aleppo dan Idlib.
Baqaei juga mengingatkan masyarakat internasional tentang tanggung jawab bersama untuk mencegah dan memerangi fenomena terorisme yang mengancam.
Ia menegaskan kembali dukungan berkelanjutan Republik Islam Iran terhadap pemerintah dan rakyat Suriah dalam konfrontasi tegas mereka dengan kelompok teroris dan upaya memulihkan keamanan dan stabilitas di negara tersebut.
Menlu Suriah: Serangan Al-Qaeda di Aleppo Berpihak pada Entitas Pendudukan Israel
Menteri Luar Negeri Suriah Bassam Sabbagh menyatakan pada tanggal 29 November bahwa serangan teroris yang sedang berlangsung di Aleppo dan daerah sekitarnya merupakan "kerangka yang melayani tujuan entitas pendudukan Israel dan sponsornya."
Pada dini hari Rabu, militan dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang berafiliasi dengan Al-Qaeda di Provinsi Idlib Suriah melancarkan serangan terhadap posisi Tentara Arab Suriah (SAA) di pedesaan Aleppo barat.
Pesawat tempur Rusia dikerahkan untuk menyerang militan setelah serangan dimulai.
Militan HTS melancarkan serangan tepat saat gencatan senjata antara Israel dan sekutu Suriah di Lebanon, Hizbullah, mulai berlaku setelah perang selama 66 hari.