TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengeluarkan ancaman serius terhadap Ukraina, khususnya ibu kota Kyiv.
Dalam konferensi pers yang berlangsung di Astan, Kazakhstan, Putin menyatakan kemungkinan untuk menggunakan rudal hipersonik baru Rusia, Oreshnik, sebagai bagian dari strategi militer mereka.
Rudal Oreshnik adalah senjata canggih yang baru saja berhasil diuji coba oleh Rusia.
Pertama kali diperkenalkan pada 21 November, rudal ini diuji di wilayah Dnipro, Ukraina.
Kekuatan dan Kemampuan Rudal Oreshnik
Berdasarkan penjelasan dari ahli militer Rusia, Anatoly Matviychuk, rudal Oreshnik memiliki beberapa keunggulan.
Rudal ini dapat menjangkau musuh pada jarak antara 3.000 hingga 5.500 kilometer dan dapat membawa enam hulu ledak yang masing-masing dilengkapi dengan subminisi.
Selain itu, Oreshnik juga dapat bermanuver selama penerbangan, yang membuatnya lebih sulit dilacak dan dicegat oleh musuh.
Yang lebih mengkhawatirkan, dampak dari serangan menggunakan Oreshnik digambarkan setara dengan serangan nuklir atau hantaman meteor.
Ini menandakan bahwa potensi kerusakan yang bisa dihasilkan oleh rudal ini sangat besar dan berpotensi mengubah dinamika konflik yang sedang berlangsung.
Mengapa Putin Mengeluarkan Ancaman Ini?
Ancaman Putin muncul beberapa jam setelah serangan udara yang melibatkan 90 rudal dan sekitar 100 drone Rusia menghantam jaringan energi Ukraina.
Serangan tersebut menyebabkan lebih dari satu juta penduduk Ukraina kehilangan pasokan listrik di tengah musim dingin yang keras.
Menurut analisis, serangan ini merupakan respons terhadap keputusan beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, yang memberikan izin kepada Ukraina untuk menembakkan rudal jarak jauh buatan mereka.
Apa Konsekuensi dari Doktrin Nuklir Baru Rusia?
Pada bulan Oktober, Rusia juga mengesahkan doktrin baru terkait penggunaan senjata nuklir, yang memungkinkan negara tersebut untuk menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap serangan dari negara non-nuklir yang didukung oleh negara berkekuatan nuklir.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menekankan bahwa kebijakan ini adalah sinyal peringatan bagi negara-negara yang terlibat dalam serangan terhadap Rusia.
Bagaimana Reaksi Dunia Terhadap Ancaman Ini?
Menanggapi ancaman yang dilontarkan Putin, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menyatakan bahwa aliansi tidak merasa khawatir tentang pembaruan doktrin nuklir Rusia.
Di sisi lain, Pemerintah Amerika Serikat, melalui Menteri Luar Negeri Antony Blinken, mengutuk rencana tersebut sebagai keputusan yang tidak bertanggung jawab.
Blinken menambahkan bahwa penggunaan senjata nuklir dapat memicu ancaman serius bagi keamanan global.
Dengan ancaman yang semakin meningkat ini, situasi di Ukraina dan respons dari komunitas internasional semakin menjadi perhatian.
Ketegangan yang terjadi antara Rusia dan negara-negara Barat dapat berpotensi membawa dampak besar bagi keamanan dan stabilitas regional maupun global.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).