TRIBUNNEWS.COM - Pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan memecat Sergey Kisel, jenderal yang bertanggung jawab atas pasukan Rusia di Suriah.
Sergey Kisel dipecat karena dinilai gagal memimpin pasukannya untuk mendukung rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad setelah kelompok pemberontak Hay'at Tahrir al-Sham (HTS atau sebelumnya Front Nusra) dan sekutunya menyerbu kota Aleppo.
"Moskow telah memecat Sergey Kisel, jenderal yang bertanggung jawab atas pasukan Rusia di Suriah, setelah pejuang oposisi Suriah menyerbu dan mengambil alih kota Aleppo di Suriah utara," tulis Voini Osfidomitil, blogger militer Rusia, Minggu (1/12/2024).
Blogger tersebut mengkritik kinerja Sergey Kisel, yang sebelumnya memimpin pasukan 'Tentara Tank Pengawal Pertama Rusia' di wilayah Kharkiv Ukraina.
“Sepertinya dia seharusnya mengungkapkan bakat terpendamnya di Suriah, tapi ada sesuatu yang menghalanginya lagi,” lanjutnya.
Akun Raybar Channel berkomentar bahwa jenderal-jenderal yang dianggap gagal dalam memimpin pasukan untuk berperang di Ukraina biasanya dikirim ke Suriah.
"Pendekatannya perlu diubah. Arena perang Suriah selalu menjadi tempat untuk menghapus reputasi para jenderal gagal yang ternyata tidak kompeten di wilayah operasi militer khusus," tulisnya.
Pada Minggu (1/12/2024), tentara Rusia membantu tentara Suriah untuk mengusir kelompok pemberontak di tiga provinsi di utara negara itu, sebagai bagian dari dukungan Rusia terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad.
“Tentara Arab Suriah, dengan bantuan Angkatan Udara Rusia, melanjutkan operasinya yang bertujuan untuk memukul mundur agresi teroris di provinsi Idlib, Hama, dan Aleppo," kata Tentara Rusia dalam pernyataan singkat di situsnya, seperti diberitakan Al Jazeera.
Perang Saudara di Suriah
Perang saudara di Suriah dimulai pada tahun 2011 ketika munculnya demonstrasi yang menuntut diakhirinya kekuasaan keluarga Bashar Al-Assad selama puluhan tahun.
Baca juga: Militer Suriah dan Rusia Serang Markas Militan HTS, Pemimpin Abu Muhammad Al-Julani Tewas?
Demonstrasi meluas dan pengunjuk rasa yang tewas meningkat karena pasukan keamanan Suriah melepaskan tembakan pada demonstran.
Situasi tersebut memicu munculnya kelompok pemberontak termasuk HTS dan faksi lainnya yang didukung Turki.
Serangan HTS dan sekutunya ke Aleppo pada Rabu (27/11/2024) dan memasuki kota itu pada Jumat (29/11/2024) adalah kemajuan pertama yang dilakukan pasukan oposisi Suriah sejak Maret 2020.
Sebelumnya, Rusia yang mendukung rezim Suriah dan Turki yang mendukung kelompok pemberontak, menyetujui gencatan senjata yang berujung pada terhentinya gerakan militer di barat laut Suriah pada tahun 2020.
Pemerintahan Assad telah memperketat cengkeramannya di Aleppo sejak kemenangannya pada tahun 2016, ketika pasukan Suriah yang didukung Rusia mengepung dan mengebom wilayah timur kota yang dikuasai oposisi, seperti diberitakan Al Arabiya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)