TRIBUNNEWS.COM - Rusia dan Korea Utara dikenal memiliki hubungan diplomatik yang saling menguntungkan satu sama lain.
Termasuk juga terhadap keperluan militernya.
Baru-baru ini, Rusia disebut memberikan dukungan kepada program rudal dan nuklir Korea Utara.
Namun tak gratis, negara Vladimir Putin ternyata meminta imbalan.
Bukan uang ataupun benda, Rusia meminta pengiriman pasukan tentara Pyongyang untuk berperang melawan Ukraina.
Demikian diungkap oleh Kepala NATO Mark Rutte, seperti diberitakan oleh AFP.
Dalam berita tersebut, dukungan Rusia diberikan pada Rabu (4/12/2024).
Sementara itu, Mark Rutte mendesak negara-negara anggota NATO mengirim cukup senjata ke Ukraina untuk mengubah arah konflik sementara pasukan Rusia memperoleh kemajuan.
"Sebagai imbalan atas pasukan dan senjata, Rusia memberikan dukungan kepada Korea Utara untuk program rudal dan nuklirnya," kata Rutte kepada wartawan setelah pertemuan menteri luar negeri NATO.
“Perkembangan ini dapat mengganggu stabilitas Semenanjung Korea dan bahkan mengancam Amerika Serikat.”
Ukraina dan sekutunya mengatakan Korea Utara telah mengirim tentara ke Rusia untuk bertempur bersama pasukan Moskow di wilayah Kursk.
Baca juga: Ukraina Berhasil Meretas Drone Rusia, Bagaimana Caranya?
Rutte telah menekankan risiko yang ditimbulkan aliansi antara Moskow dan Pyongyang terhadap Amerika Serikat menjelang kembalinya Donald Trump ke jabatannya.
Sekutu Washington berusaha mencari cara untuk meyakinkan Trump bahwa demi kepentingannya, AS harus terus memberikan dukungan kepada Ukraina.
Tokoh Republik yang mudah berubah ini telah meragukan kelanjutan bantuan militer AS dalam jumlah besar ke Kyiv dan berjanji akan membuat kesepakatan cepat untuk mengakhiri perang.