TRIBUNNEWS.COM – Pasukan pemberontak di Suriah selatan telah merebut sebagian besar wilayah Deraa, yang dikenal sebagai tempat lahirnya pemberontakan tahun 2011 melawan Presiden Bashar al-Assad.
Serangan mendadak ini tidak hanya mengancam Deraa, tetapi juga kota-kota penting lainnya seperti Aleppo dan Hama.
Ancaman Terhadap Rezim Assad
Presiden Bashar al-Assad menghadapi tantangan serius yang mengingatkan pada puncak perang saudara sepuluh tahun lalu, ketika pasukannya kehilangan kendali atas Aleppo dan lawan-lawannya mendekati ibu kota, Damaskus.
Saat itu, Assad diselamatkan oleh dukungan internasional, terutama dari Rusia dan Iran.
Namun, saat ini, Rusia terfokus pada perang di Ukraina, dan Hizbullah serta Iran mengalami penurunan kekuatan akibat konflik yang berkepanjangan.
Pemberontak Menguasai Wilayah Deraa
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), pemberontak kini menguasai lebih dari 90 persen wilayah Deraa, dengan hanya Sanamayn yang masih dikuasai pemerintah.
Pemantau perang berbasis di Inggris melaporkan bahwa faksi lokal berhasil merebut banyak lokasi militer setelah pertempuran sengit.
Deraa memiliki kepentingan strategis dan simbolis, sebagai ibu kota provinsi dan lokasi protes prodemokrasi yang memicu perang saudara.
Pertempuran ini juga menyebabkan lebih dari 370.000 orang mengungsi, memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah utara Suriah.
Dampak Pertempuran
Sejak pemberontak meluncurkan serangan terbesar dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 820 orang, termasuk 111 warga sipil, telah tewas.
Pemberontak yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) telah mengancam untuk melanjutkan serangan mereka ke Homs dan Damaskus.
Sementara itu, Presiden Assad berjanji untuk menghancurkan para pemberontak, meskipun pasukannya mengalami demoralasi akibat gaji rendah dan korupsi.
Dalam upaya untuk meningkatkan moral, Assad baru-baru ini mengumumkan kenaikan gaji sebesar 50 persen untuk pasukannya.
Dukungan Internasional
Meskipun Rusia dan Iran menyatakan dukungan berkelanjutan terhadap Assad, mereka belum memberikan bantuan militer yang signifikan seperti sebelumnya.
Moskow bahkan mendesak warga negara Rusia untuk meninggalkan Suriah, sementara AS juga menyarankan warganya untuk segera pergi.
Dengan situasi yang semakin memburuk, masa depan rezim Assad dan stabilitas Suriah tetap tidak pasti.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).