TRIBUNNEWS.COM - Presiden Suriah Bashar al-Assad melarikan diri ke Moskow dan menerima suaka dari sekutu lamanya, Rusia.
Hal ini sebagaimana diberitakan media Rusia pada Minggu (8/12/2024), beberapa jam setelah kemajuan pemberontak yang mengejutkan menguasai Damaskus.
Ribuan warga Suriah turun ke jalan, merayakan kemenangan dengan tembakan dan melambaikan bendera revolusi.
Peristiwa yang bergerak cepat ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan negara ini dan kawasan yang lebih luas.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, telah memberi tanggapan terkait jatuhnya rezim Bashar al-Assad.
"Pendekatan kami telah mengubah keseimbangan kekuatan di Timur Tengah," kata Joe Biden, Minggu, dilansir AP News.
Joe Biden juga memuji tindakan AS dan sekutunya yang telah melemahkan pendukung Suriah — Rusia, Iran, dan Hizbullah.
Biden menyebut jatuhnya Assad sebagai "tindakan keadilan yang mendasar" tetapi juga "momen risiko dan ketidakpastian."
Ia mengatakan kelompok pemberontak "mengatakan hal yang benar sekarang", tetapi AS akan menilai tindakan mereka.
Era Baru Dimulai di Suriah
Diberitakan Arab News, kemajuan kilat aliansi milisi yang dipelopori oleh Hayat Al-Tahrir Al-Sham (HTS), mantan afiliasi Al-Qaeda, menandai salah satu titik balik terbesar bagi Timur Tengah dalam beberapa generasi.
Baca juga: Rezim Bashar al-Assad Runtuh, Israel Langsung Caplok Wilayah Suriah, IDF Serbu Jabal al-Sheikh
Jatuhnya Assad menyapu bersih benteng tempat Iran dan Rusia menjalankan pengaruh di seluruh Arab.
Pemerintah internasional menyambut baik berakhirnya pemerintahan otokratis Assad, karena mereka berusaha untuk menilai Timur Tengah yang tampak baru.
HTS masih ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS, Turki, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, meskipun telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melembutkan citranya guna meyakinkan pemerintah internasional dan kelompok minoritas di Suriah.
Penggulingan Assad membatasi kemampuan Iran untuk menyebarkan senjata ke sekutunya dan dapat membuat Rusia kehilangan pangkalan angkatan laut Mediteranianya.
Hal itu juga dapat memungkinkan jutaan pengungsi yang tersebar selama lebih dari satu dekade di kamp-kamp di seluruh Turki, Lebanon, dan Yordania untuk akhirnya kembali ke rumah.
Diketahui, Rusia meminta sesi darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas Suriah, menurut Dmitry Polyansky, wakil duta besarnya untuk PBB, dalam sebuah unggahan di Telegram.
Kedatangan Assad dan keluarganya di Moskow dilaporkan oleh kantor berita Rusia Tass dan RIA, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di Kremlin.
RIA juga mengatakan pemberontak Suriah telah menjamin keamanan pangkalan militer Rusia dan pos diplomatik di Suriah.
Sebelumnya, Rusia mengatakan Assad meninggalkan Suriah setelah bernegosiasi dengan kelompok pemberontak dan bahwa ia telah memberikan instruksi untuk menyerahkan kekuasaan secara damai.
Baca juga: Israel Bombardir Gudang Senjata Pasukan Suriah, Curi Kesempatan Caplok Wilayah Rezim Assad
Pemimpin faksi pemberontak terbesar di Suriah, Abu Mohammed al-Golani, siap untuk memetakan masa depan negara tersebut.
Mantan komandan al-Qaeda itu memutuskan hubungan dengan kelompok tersebut beberapa tahun lalu dan mengatakan bahwa ia menganut pluralisme dan toleransi beragama.
Kelompok Hayat Tahrir al-Sham miliknya, atau HTS, dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS dan PBB.
Dalam penampilan publik pertamanya sejak para pejuang memasuki pinggiran kota Damaskus pada Sabtu (7/12/2024), al-Golani mengunjungi Masjid Umayyah dan menggambarkan jatuhnya Assad sebagai "kemenangan bagi negara Islam."
Menyebut dirinya dengan nama pemberiannya, Ahmad al-Sharaa, dan bukan nama samaran, ia mengatakan Assad telah menjadikan Suriah "ladang bagi keserakahan Iran."
Baca juga: Istana Megah Assad Dijarah usai Rezimnya Runtuh, Koleksi Mobil Mewah Presiden Suriah Ini Terbongkar
Di sisi lain, para pemberontak menghadapi tugas berat untuk menyembuhkan perpecahan yang parah di negara yang dilanda perang dan perpecahan di antara faksi-faksi bersenjata.
Pejuang oposisi yang didukung Turki memerangi pasukan Kurdi yang bersekutu dengan AS di wilayah utara, dan kelompok ISIS masih aktif di daerah-daerah terpencil.
Televisi pemerintah Suriah menyiarkan pernyataan pemberontak yang mengatakan Assad telah digulingkan dan semua tahanan telah dibebaskan.
Mereka mendesak orang-orang untuk melestarikan lembaga-lembaga "negara Suriah yang bebas," dan mengumumkan jam malam di Damaskus dari pukul 4 sore hingga 5 pagi.
Sebuah video daring yang diduga memperlihatkan pemberontak membebaskan puluhan wanita di penjara Saydnaya yang terkenal kejam, tempat kelompok hak asasi manusia mengatakan ribuan orang disiksa dan dibunuh.
Setidaknya seorang anak kecil terlihat di antara mereka.
(Tribunnews.com/Nuryanti)