TRIBUNNEWS.COM - Rakyat Suriah ramai-ramai turun ke jalan merayakan kejatuhan Presiden Suriah Bashar Al Assad oleh serbuan pasukan oposisi yang kini menguasai ibu kota negara Damaskus.
Jatuhnya rezim Presiden Bashar al-assad sekaligus menandai runtuhnya kekuasaan keluarga ini yang berkuasa di Suriah puluhan tahun lamanya.
Presiden Bashar al-Assad sendiri kabur ke luar negeri meninggalkan Damaskus menuju tujuan yang tidak diketahui.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan, ada sebuah pesawat jet pribadi yang meninggalkan Bandara Damaskus "mungkin" membawa Al Assad, dan pasukan pemerintah dibebastugaskan dari tugas mereka setelah pesawat tersebut berangkat.
Pasukan pemberontak mengatakan mereka telah memasuki ibu kota. Rekaman video di media sosial menunjukkan patung ayah Al Assad, Hafez, digulingkan.
Mereka juga menginjak-injak foto Presiden Bashar al-Assad yang mereka temukan.
Semalam, pemberontak Islam telah membebaskan para tahanan politik dari sel penjara Sednaya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pernah menggambarkan sel penjara Sednaya sebagai “rumah jagal manusia.” Di tempat inilah para lawan pemerintahan Bashar al-Assad telah disiksa dan dieksekusi.
Baca juga: Presiden Al-Assad Kabur, Suriah Kacau: PM Mohammed al-Jalali Kompromistis dengan Oposisi
Namun kelompok pemberontak Hayat Tahrir Al Shams membuat klaim tersebut di Telegram. Video di media sosial menunjukkan para tahanan berhamburan keluar dari penjara.
David Des Roches, profesor di Pusat Kajian Keamanan Asia Timur Dekat, mengatakan bahkan sisa-sisa tentara Suriah seperti Divisi Lapis Baja ke-4, yang berbasis di Damaskus untuk melindungi pemerintah, tidak melakukan perlawanan terhadap pemberontak.
“Sungguh mengejutkan melihat perlawanan meningkat begitu cepat,” katanya kepada Al Jazeera English.
Irak “memantau dengan cermat” perkembangan di Suriah dan melanjutkan komunikasi internasional untuk menjamin stabilitas dan keamanan negara tetangganya, sebuah pernyataan pemerintah mengatakan pada hari Minggu, 8 Desember 2024.