TRIBUNNEWS.COM -- Pertahanan Ukraina di kota Pokrovsk, Donetsk, Ukraina Timur semakin terpojok.
Salah satu benteng terkuat terakhir di Donetsk tersebut kini telah kolaps dan diperkirakan segera direbut oleh Rusia.
Pasukan Rusia semakin leluasa merambah wilayah pusat logistik di timur Ukraina tersebut karena perlawanan tidak seimbang.
Baca juga: Gagal Bendung Rusia di Kurakhovo dan Pokrovsk, Komandan Tertinggi Donetsk Dicopot
Tentara Kremlin dapat dengan mudah maju ke sebagian wilayah benteng yang tadinya sangat kuat tersebut akibat sebagian pasukan pengawalnya kabur tak ingin menjadi korban kebrutalan prajurit Rusia.
Jurnalis Ukraina Yuriy Butusov mengatakan hal itu sebagai skandal jatuhnya Pokrovsk, hingga sang jenderal pemimpin Donetsk pun dicopot.
Butusov menceritakan, bahwa pasukan pengawal Pokrovsk yaitu brigade ke-155 "Anna Kievskaya" disebut-sebut sebagai 'brigade palsu' .
Pasukan ini dilatih selama beberapa bulan di Prancis. Mereka juga dilengkapi dengan 128 pengangkut personel lapis baja VAB, 18 howitzer gerak sendiri Caesar, dan 24 tank beroda ringan AMX-10C. Brigade ini juga dipersenjatai dengan tank Leopard 2A4 Jerman dan peralatan Barat lainnya.
Namun apa yang terjadi di garis depan Pokrovsk tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Setelah pasukan Vladimir Putin berhasil merebut desa besar Sevchenko sekitar 5 kilometer dari pinggiran Pokrovsk, ribuan prajurit brigade "Anna Kievskaya" kabur meninggalkan kota tambang tersebut.
Butusov mengatakan, skandal tersebut terjadi akibat militer Ukraina terlalu memaksakan warganya menjadi tentara.
Baca juga: Panglima Syrksy Sebut Pertempuran di Pokrovsk Tak Seimbang, Ukraina Ambil Keputusan Tak Standar
Brigade ke-155 "Anna Kievskaya" merupakan kesatuan pasukan yang anggotanya berasal dari tentara wajib militer.
"Mereka merekrut ribuan anggota dari warga sipil yang diangkut dari jalanan. Brigade tersebut merekrut ribuan orang secara langsung dari jalanan, yang disebut-sebut sebagai brigade palsu," ujar Butusov dikutip dari Strana.
Undang-Undang Mobilisasi Militer Ukraina mengharuskan warga pria berusia 25-60 tahun untuk bergabung dengan militer Ukraina karena Kiev kekurangan pasukan untuk melawan Rusia.