News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Suriah

Inggris Melobi HTS, Janji Beri Bantuan 50 Juta Poundsterling ke Warga Suriah

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin HTS, Mohammed Al-Julani, yang menggulingkan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024.

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, mengatakan Inggris telah melakukan kontak diplomatik dengan kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kekuasaan.

"HTS tetap merupakan organisasi terlarang, tetapi kami dapat melakukan kontak diplomatik dan kami memang melakukan kontak diplomatik seperti yang Anda harapkan," kata David Lammy kepada wartawan, Minggu (15/12/2024).

"Dengan menggunakan semua saluran yang kami miliki, baik saluran diplomatik dan tentu saja saluran intelijen, kami berupaya menangani HTS di mana pun kami harus melakukannya," lanjutnya.

Sebelumnya pada Sabtu (14/12/2024), Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan AS telah melakukan kontak langsung dengan HTS.

Menyusul AS, Inggris melakukan kontak dengan HTS pada hari berikutnya.

Tidak hanya itu, Inggris mengumumkan paket bantuan senilai 50 juta poundsterling (Rp1 triliun) untuk membantu warga Suriah yang rentan.

Jutaan warga Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan setelah lebih dari satu dekade perang saudara yang menghancurkan sebagian besar infrastruktur di Suriah dan menyebabkan banyak orang mengungsi.

Sebagian dari mereka yang melarikan diri ke negara-negara tetangga mulai kembali ke Suriah setelah jatuhnya rezim Assad pada 8 Desember lalu.

Setelah rezim Assad jatuh, Inggris menghubungi oposisi Suriah, HTS, dan akan memberi bantuan 50 juta poundsterling ke warga Suriah yang membutuhkan.

Meski Melunak, AS-Inggris Masih Melabeli HTS sebagai Organisasi Terlarang

HTS, aliansi oposisi bersenjata yang menggulingkan rezim Assad, mengatakan fokus mereka saat ini adalah membangun kembali Suriah.

Baca juga: Pemimpin HTS al-Julani: Semua Faksi Suriah Dibubarkan, Tidak Ada Wajib Militer Paksa

"Situasi di lapangan di Suriah sangat tidak menentu. Prioritasnya haruslah keselamatan warga sipil Suriah dan mengamankan solusi politik untuk berbagai peristiwa yang terjadi," kata Kementerian Dalam Negeri Suriah pada Minggu (8/12/2024).

Meski HTS masih dilabeli sebagai organisasi teroris oleh Inggris, nyatanya kelompok tersebut bukan ancaman teror langsung terhadap Inggris.

"Penetapan organisasi sebagai teroris terus dikaji ulang," kata seorang juru bicara kementerian dalam negeri Inggris, Minggu (8/12/2024).

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mempertimbangkan label teroris untuk HTS.

"Mereka mengatakan hal yang benar sekarang, tetapi seiring dengan tanggung jawab yang lebih besar yang mereka pikul, kami akan menilai bukan hanya kata-kata mereka tetapi juga tindakan mereka," kata Joe Biden, Minggu (8/12/2024) setelah HTS menggulingkan rezim Assad.

Jatuhnya Rezim Assad

Kekuasaan rezim keluarga Assad dari Partai Ba'ath runtuh pada 8 Desember 2024, setelah oposisi bersenjata mengumumkan keberhasilannya merebut ibu kota Suriah, Damaskus.

Sebelumnya, aliansi oposisi bersenjata, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), meluncurkan serangan pada 27 November 2024 di Idlib, hingga berhasil merebut kota Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus dalam waktu kurang dari dua minggu.

Pemimpin HTS, Abu Muhammad Al-Julani (nama asli: Ahmed Al-Sharaa), mendeklarasikan jatuhnya rezim Assad melalui pidato di Damaskus pada Minggu (8/12/2024).

Assad dan keluarganya dikabarkan kabur ke luar negeri, namun keberadaannya belum diketahui.

Tumbangnya rezim Assad adalah buntut dari perang saudara di Suriah yang berlangsung sejak 2011 ketika rakyat Suriah menuntut turunnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Iran mulai membantu rezim Assad pada 2011 dan Rusia mulai terlibat pada 2015.

Pertempuran sempat meredup pada 2020 setelah Rusia dan Turki menengahi perjanjian gencatan senjata antara rezim Assad dan oposisi di Idlib, sebelum meletus lagi pada 27 November lalu.

Bashar al-Assad berkuasa sejak 2000, setelah meneruskan kekuasaan ayahnya, Hafez al-Assad yang berkuasa pada 1971-2000.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini