TRIBUNNEWS.COM – Ribuan warga Israel kembali turun ke jalan-jalan Tel Aviv, menuntut gencatan senjata dalam konflik dengan militan Hamas di Jalur Gaza.
Dengan membawa spanduk, poster, dan plakat para pengunjuk rasa dengan tegas menentang Netanyahu dan anggota pemerintahannya.
Aksi demo ini merupakan rangkaian unjuk rasa besar di Tel Aviv, menyoroti seruan warga kepada pemerintah Zionis agar semua tawanan dari Gaza dibebaskan melalui kesepakatan yang menyeluruh.
"Kami mengajak untuk berunjuk rasa di Tel Aviv dan beberapa kota lainnya malam ini (Sabtu) serta menuntut kesepakatan untuk memulangkan para tawanan," ungkap Asosiasi Keluarga Tahanan Zionis di Gaza, mengutip dari Anadolu.
Tak hanya di Tel Aviv, protes juga diadakan di Haifa, Beersheba, Yerusalem Barat dan bagian lain negara itu.
Sebelum protes di Tel Aviv, Einav Zangauker, ibu dari tahanan Israel Matan Zangauker, menuduh Netanyahu menyabotase negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Gaza.
Zangauker mengkritik Netanyahu karena melanjutkan operasi militer di Gaza demi keuntungan politik dan menolak perjanjian pertukaran tahanan.
"Mengakhiri perang bukanlah halangan atau pengorbanan. Mengakhiri perang untuk membawa kembali semua tahanan adalah tujuannya," katanya.
Senada dengan Zangauker, Netanyahu dituduh oleh warga Israel telah menolak negosiasi pertukaran tahanan dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, karena alasan politik.
Demonstran Israel Arak Peti Mati Tiruan
Demo seperti ini bukan kali pertama yang digelar warga Israel, sebelumnya ratusan warga dan keluarga sandera Israel sempat menggelar demo besar-besaran di jalanan Tel Aviv, sambil membawa puluhan peti mati tiruan.
Baca juga: Hamas Sebut Gencatan Senjata Gaza Segera Tercapai Jika Israel Tidak Menambah Syarat
Puluhan peti mati tiruan itu diarak mengelilingi ibu kota Tel Aviv sambil diselimuti bendera Israel, bersamaan dengan sejumlah foto para tawanan Israel yang telah meninggal dunia.
Arak – Arakan peti mati ini digelar ratusan demonstran sebagai lambang atas kematian para sandera Israel yang beberapa hari terakhir ditemukan tewas di terowongan Rafah, Gaza.
“Sejak Kamis keluarga-keluarga tawanan Israel berdemonstrasi meletakkan 27 peti mati di Lapangan Habima, alun-alun publik pusat di Tel Aviv, yang melambangkan jumlah tawanan yang terbunuh di Gaza sejauh ini,” jelas laporan saluran 12 Israel mengutip Al Mayadeen.
Di hari sebelumnya, di Tel Aviv ribuan orang turun ke jalan selama dua hari berturut-turut, mengekspresikan kemarahan atas buruknya penanganan rezim terhadap situasi para tawanan dan menuntut kesepakatan segera.
Demo awalnya berjalan damai hingga akhirnya massa yang mengamuk bersikap anarkis hingga pengunjuk rasa Israel menerobos penghalang di sekitar kediaman Netanyahu di Caesarea.
Nasser Lahham, kepala kantor Al Mayadeen di Palestina yang diduduki, menggambarkan gelombang protes saat ini sebagai pemberontakan daripada pemogokan.
Netanyahu Disebut Gagal Pimpin Israel
Sebagai informasi, demo seperti ini hampir digelar warga Israel di setiap akhir pekan sebelum perang tanggal 7 Oktober.
Warga Israel melakukan aksi unjuk rasa menentang pemerintahan Netanyahu yang diduga melakukan berbagai pelanggaran hukum.
Demonstran juga menilai Netanyahu adalah gambaran tokoh pemimpin yang gagal menyelamatkan lebih dari 200 tawanan Hamas.
Imbas masalah ini popularitas Netanyahu di Israel mulai memudar.
Dalam jajak pendapat di surat kabar Maariv pada 18-19 Oktober lalu bahkan nama Benjamin Netanyahu kalah saing dengan mantan menteri pertahanan Benny Gantz.
“Netanyahu akan mundur. Sama seperti pejabat tinggi militer, intelijen, dan GSS (badan intelijen). Karena mereka gagal,” tulis surat kabar harian Israel Hayom.
(Tribunnews.com / Namira Yunia)