TRIBUNNEWS.com - Media Israel, Maariv, lewat Koresponden Urusan Utara dan Militer, Avi Ashkenazi, mengakui saat ini Iran "masih tetap menjadi kekuatan besar."
Kekuatan besar yang dimaksud adalah "ratusan ribu rudal, ekonomi yang jauh lebih besar ketimbang Israel, serta sumber daya yang besar, termasuk mineral, gas alam, dan minyak," imbuh Ashkenazi, Sabtu (21/12/2024), dilansir Al Mayadeen.
Atas hal itu, Ashkenazi meragukan, "apakah Israel mampu terlibat dalam perang gesekan dengan Iran."
Ia juga menyinggung soal konflik yang terjadi di internal Mossad Israel.
"Di Mossad, kemarin terjadi kemarahan atas kebocoran dari wartawan politik yang mengklaim, kepala Mossad telah merekomendasikan peluncuran kampanye melawan Iran."
"Di lingkungan Barnea, mereka menolak untuk mengonfirmasi laporan ini, dengan menyatakan publikasi tersebut tidak sepenuhnya akurat," urai Ashkenazi.
Baca juga: Ali Khamenei: Iran Tak Punya Proksi di Timur Tengah, Zionis Israel Belum Menang
Ia menekankan pentingnya "tidak meremehkan Iran, bahkan ketika mereka (Iran) sedang dalam kondisi buruk."
Di akhir artikelnya, Ashkenazi mengakui "pada akhirnya, Israel akan mundur dari perang dengan Iran."
Netanyahu Bakal Ambil Tindak Tegas Terhadap Houthi
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pihaknya bakal bertindak tegas terhadap kelompok Yaman, Houthi, yang didukung Iran.
Ia juga memastikan "balasan Israel" terhadap Houthi, tak akan berbeda kepada kelompok militan lain yang didukung Iran.
"Sebagaimana kami bertindak dengan kekuatan penuh terhadap poros yang didukung Iran, maka kami akan bertindak serupa terhadap Houthi," kata Netanyahu dalam pertemuan Kabinet Keamanan di Komando Angkatan Udara utara, Minggu (22/12/2024), dikutip dari Iran International.
Lebih lanjut, Netanyahu mengungkapkan Israel akan dibantu sekutunya, Amerika Serikat (AS), dalam menghadapi Houthi.
"Hanya dalam kasus ini, kami tidak bertindak sendiri. Amerika Serikat, serta negara-negara lain, melihat Houthi sebagai ancaman tidak hanya bagi pelayaran internasional, tetapi juga bagi tatanan internasional."
"Oleh karena itu, kami akan bertindak dengan kekuatan, tekad, dan kecanggihan," urai dia.
Sebagai informasi, AS melancarkan serangan udara terhadap Houthi di Sana'a, Yaman, Sabtu.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Houthi menembakkan rudal yang menghantam wilayah sipil di Israel.
Houthi yang didukung Iran, yang menguasai sebagian besar Yaman, melancarkan blokade Laut Merah pada November tahun lalu atas perintah Pemimpin Tertinggi Iran, menyusul pecahnya perang Gaza, dalam kesetiaan kepada Hamas.
Meskipun awalnya mereka bermaksud menargetkan kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel dalam upaya untuk memaksakan gencatan senjata, serangan tersebut kemudian telah menyebar ke pengiriman komersial global, dengan banyak kapal menjadi sasaran serangan dan puluhan pelaut internasional disandera.
Rudal Houthi Hantam Kementerian Pertahanan Israel
Sebelumnya, Houthi mengumumkan telah melancarkan dua rudal hipersonik ke Israel, Rabu (17/12/2024).
Salah satu rudal menghantam Kementerian Pertahanan Israel di pusat kota.
Sementara, satu rudal lainnya diluncurkan saat pesawat tempur Israel menyerang Yaman.
Operasi itu bersamaan dengan serangan udara Israel di Yaman, dilansir Al Mayadeen.
Pemimpin gerakan Houthi, Abdul Malik al-Houthi, mengungkapkan serangan pihaknya ke Kementerian Israel menyebabkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) "mengalami kebingungan signifikan sebab misi mereka terganggu."
Ia menegaskan pihaknya tak akan mundur sedikitpun dari posisi mendukung rakyat Palestina.
"Kami tidak akan menyimpang dari posisi kami dalam mendukung rakyat Palestina, terlepas dari tantangan atau serangan dari AS, Israel, atau sekutu mereka," tegasnya.
Al-Houthi juga menyerukan kepada rakyat Yaman untuk berpartisipasi dalam unjuk rasa besar-besaran pada Jumat (20/12/2024), untuk mendeklarasikan tantangan mereka terhadap Israel dan menegaskan kembali keteguhan mereka.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Israel juga pernah menjadi sasaran serangan kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, pada pertengahan November 2024.
Saat itu, Hizbullah mengatakan drone mereka tepat mengenai sasaran yang dituju.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)