TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki Erdogan mengancam kelompok bersenjata Kurdi di Suriah untuk meletakkan senjata atau memilih dikuburkan di tanah Suriah.
"Militan Kurdi di Suriah harus meletakkan senjata mereka atau dikuburkan di wilayah Suriah bersama dengan senjata mereka," kata Erdogan, Rabu (25/12/2024),
Ancaman itu ditujukan kepada Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) yang dianggap sebagai organisasi terlarang oleh Turki.
“Turki bebas dari terorisme di masa mendatang dengan menggunakan segala cara yang tersedia bagi negara,” tegasnya.
Ia juga menyatakan prihatin atas penyiksaan yang dilakukan oleh rezim Assad terhadap orang-orang yang ditahan di penjara-penjara Suriah.
“Kami tidak akan melupakan kejahatan brutal yang dilakukan rezim Assad terhadap rakyatnya, dan kami tidak akan melupakan penjara yang diubah oleh rezim Assad menjadi rumah jagal manusia, seperti penjara Sednaya," kata Erdogan, seperti diberitakan Asharq.
Selain itu, ia mengatakan Turki akan mengizinkan masuk dan keluarnya pengungsi Suriah untuk beberapa waktu, mengantisipasi peningkatan lalu lintas di musim panas setelah sekolah ditutup.
Presiden Turki juga mengisyaratkan akan segera dibukanya konsulat Turki di Aleppo, Suriah.
Sebelumnya pada hari ini, Turki mengumumkan pembunuhan 21 militan Kurdi di Suriah utara dan Irak.
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan dalam sebuah pernyataan 20 militan dari Partai Pekerja Kurdistan dan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi Suriah tewas di Suriah utara ketika mereka bersiap melancarkan serangan, dan seorang militan tewas di Irak utara.
“Operasi kami akan berlanjut secara efektif dan tegas," kata Kementerian itu dalam pernyataan hari ini, seperti diberitakan Al Arabiya.
Baca juga: Presiden Turki Erdogan akan Kunjungi Suriah bersama Delegasi Besar, Apa yang Dibahas?
Kelompok Bersenjata Kurdi
Salah satu kelompok bersenjata Kurdi yang ada di Suriah, Partai Pekerja Kurdistan (PKK), diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Turki, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.
Mereka memulai pemberontakan bersenjata melawan negara Turki pada tahun 1984, menewaskan lebih dari 40.000 orang.
Selain PKK, Turki menganggap militan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), kekuatan utama dalam Pasukan Demokratik Suriah yang didukung AS, merupakan perpanjangan tangan dari Partai Pekerja Kurdistan dan mengklasifikasikannya sebagai kelompok teroris.
Sejak jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad awal bulan ini, Turki menegaskan perlunya pembubaran Unit Perlindungan Rakyat, dan menekankan mereka tidak memiliki tempat di masa depan Suriah.
Jatuhnya Rezim Assad di Suriah
Rezim Assad dari Partai Ba'ath runtuh pada 8 Desember 2024, setelah HTS mengumumkan keberhasilannya merebut ibu kota Suriah, Damaskus.
Sebelumnya, HTS memulai serangannya terhadap militer rezim Assad pada 27 November 2024 di Idlib, hingga berhasil merebut kota Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus dalam waktu kurang dari dua minggu.
Setelah digulingkan, Assad dan keluarganya dikabarkan kabur ke Rusia, tempat mereka memperoleh suaka.
Runtuhnya rezim Assad adalah buntut dari perang saudara di Suriah yang berlangsung sejak 2011 ketika rakyat Suriah menuntut turunnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Iran mulai membantu rezim Assad pada 2011 dan Rusia mulai terlibat pada 2015.
Pertempuran sempat meredup pada 2020 setelah Rusia dan Turki menengahi perjanjian gencatan senjata antara rezim Assad dan oposisi di Idlib, sebelum meletus lagi pada 27 November lalu.
Bashar al-Assad berkuasa sejak 2000, setelah meneruskan kekuasaan ayahnya, Hafez al-Assad yang berkuasa pada 1971-2000.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)