News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Paus Fransiskus Diundang ke Ukraina, Tanggal Kunjungan Belum Dipastikan

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pidato Paus Fransiskus dari balkon tengah Basilika Santo Petrus pada Rabu (25/12/2024). Paus Fransiskus telah menerima undangan untuk mengunjungi Ukraina, namun saat ini tidak ada tanggal pasti untuk kunjungan tersebut.

TRIBUNNEWS.COM - Paus Fransiskus telah menerima undangan untuk mengunjungi Ukraina, tapi saat ini tidak ada tanggal pasti untuk kunjungan tersebut.

Kepala Ukrainian Greek Catholic Church (Gereja Katolik Yunani Ukraina) atau UGCC, Beato Sviatoslav mengungkapkan hal ini dalam wawancara dengan Radio Liberty.

Menurutnya, UGCC memiliki jaminan bahwa undangan tersebut telah diterima, meskipun waktu kunjungannya belum diketahui.

Sviatoslav menambahkan, Paus Fransiskus terkadang gemar membuat kejutan dan bisa saja mengumumkan kunjungan mendadak.

Paus Fransiskus beberapa kali mendapat kritik terkait sikap dan pernyataannya mengenai invasi Rusia ke Ukraina.

Pada awalnya, Paus mengatakan, pengungsi Ukraina lebih diterima di dunia dibandingkan pengungsi dari negara lain.

Kemudian, sebelum perayaan Paskah, Paus menyarankan rekonsiliasi simbolis antara Ukraina dan Rusia.

Hal ini mendapat respons negatif dari publik, termasuk diplomat Ukraina.

Selain itu, Paus menyatakan bahwa Daria Dugin, putri ideolog Kremlin, yang tewas dalam ledakan, adalah "korban perang yang tidak bersalah."

Pernyataan ini mengundang kritik keras dari Ukraina, dikutip dari RBC Ukraina dan UNN.

Pernyataan Paus tentang "Rusia yang Agung"

Baca juga: Tanpa Gencatan Senjata saat Natal, Zelensky Tuduh Hungaria Sok-sokan, Harapan Paus Fransiskus Pupus

Pada 25 Agustus 2022, Paus Fransiskus dalam pidatonya kepada kaum muda Rusia menyebutkan "Rusia yang agung" dan mendapat reaksi keras dari pemerintah Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Ukraina menanggapi bahwa pernyataan Paus mendukung propaganda imperialis yang mengesahkan kekerasan terhadap Ukraina.

Kepala Gereja Katolik Yunani Ukraina, Svyatoslav Shevchuk juga menyatakan, kata-kata Paus dapat dilihat sebagai dukungan terhadap "nasionalisme dan imperialisme" yang menjadi penyebab utama perang di Ukraina.

Paus Fransiskus juga menyerukan agar pihak-pihak yang "menderita kekalahan" harus berani untuk bernegosiasi.

Ia menekankan pentingnya keberanian untuk mengibarkan "bendera putih yang kemudian dijelaskan oleh Vatikan sebagai simbol gencatan senjata, bukan penyerahan.

Sekali lagi, pernyataan Paus Fransiskus ini memicu reaksi keras dari Ukraina.

Kepala Kementerian Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menegaskan, Ukraina tidak akan mengibarkan bendera selain bendera Ukraina, dan meminta Vatikan untuk tidak mengulang kesalahan sejarah, dikutip dari Suspilne.

RBC Ukraina melaporkan, pada 13 Desember, Kepala Gereja Katolik Yunani Ukraina, Metropolitan Epifaniy, bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan untuk membahas pentingnya perdamaian yang adil bagi Ukraina.

Sebelumnya, pada 11 Oktober, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengunjungi Vatikan dan bertemu dengan Paus Fransiskus dalam pertemuan pribadi yang berlangsung selama 35 menit.

Pesan Natal 2024 dari Paus Fransiskus

Paus Fransiskus telah menyampaikan pesan Natal yang penuh harapan, menyerukan kepada dunia untuk membungkam suara senjata dan mengatasi perpecahan.

Dalam pidatonya yang disampaikan pada Hari Natal, 25 Desember 2024, ia menegaskan pentingnya dialog untuk menyelesaikan konflik, terutama antara Ukraina dan Rusia.

  • Perang Rusia-Ukraina

Dalam pidato yang disampaikan dalam acara Urbi et Orbi, Paus Fransiskus menekankan kebutuhan mendesak untuk menghentikan perang yang telah melanda Ukraina.

"Semoga suara senjata dibungkam di Ukraina yang dilanda perang," ujarnya, dikutip dari Al Arabiya.

Paus menyadari bahwa untuk mencapai perdamaian, diperlukan keberanian yang besar.

"Gestur dialog dan pertemuan untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi," tegasnya.

Ia mengingatkan, keberanian adalah kunci untuk membuka pintu bagi negosiasi.

Pernyataan ini muncul di tengah penolakan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy yang menyatakan, pembicaraan damai tidak bisa dilakukan tanpa pemulihan perbatasan Ukraina sebelum perang.

Baca juga: Serangan Israel Tewaskan 7 Anak di Gaza, Paus Fransiskus: Ini Bukan Perang, tapi Kekejaman

  • Konflik di Timur Tengah

Selain menyerukan perdamaian di Ukraina, Paus Fransiskus juga membahas situasi krisis di Timur Tengah, khususnya di Gaza.

Ia menggambarkan situasi di Gaza sebagai "sangat serius" dan menyerukan pembicaraan untuk membuka pintu dialog dan perdamaian.

"Saya memikirkan masyarakat Kristen di Israel dan Palestina, khususnya di Gaza di mana situasi kemanusiaan sangat buruk," tambahnya, dikutip dari The Guardian.

Harapannya adalah agar perdamaian segera tercapai, sehingga tidak ada lagi korban jiwa dan para sandera bisa dibebaskan.

"Saya memikirkan masyarakat Kristen di Israel dan Palestina, khususnya di Gaza di mana situasi kemanusiaan sangat buruk," ujarnya, menyentuh hati banyak orang.

  • Tahun Yubelium

Dalam suasana Natal, Paus Fransiskus juga membuka pintu suci Basilika Santo Petrus, menandai dimulainya tahun Yubelium, sebuah perayaan penting dalam tradisi Katolik.

Ia menyampaikan harapan bahwa tahun Yubelium ini bisa menjadi waktu refleksi bagi setiap individu, termasuk negara, untuk menjadi "peziarah harapan".

"Tahun Yubelium seharusnya menjadi waktu bagi setiap individu dan semua orang serta negara untuk menjadi peziarah harapan untuk membungkam suara senjata dan mengatasi perpecahan," kata Paus Fransiskus seperti dikutip dari Yahoo News.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini