News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Profil Jimmy Carter, Mantan Presiden AS yang Meninggal, Pernah Tengahi Perdamaian Israel-Mesir

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(FILES) Dalam file foto yang diambil pada tanggal 1 November 1991 mantan presiden AS Jimmy Carter berbicara selama perjalanannya di Zambia.

TRIBUNNEWS.COM - Jimmy Carter, mantan presiden Amerika Serikat (AS) yang ke-39 dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (29/12/2024) di kediamannya di Plains, Georgia, pada usia 100 tahun.

Jimmy Carter sebelumnya menjalani perawatan di rumah selama hampir dua tahun karena berbagai penyakit termasuk melanoma.

Lahir dengan nama James Earl Carter Jr. pada 1 Oktober 1924, Jimmy Carter dibesarkan di keluarga petani kacang di Georgia, AS.

Jimmy Carter menikah dengan Rosalynn Smith pada tahun 1946, dan mereka memiliki empat anak.

Jabatan politiknya dimulai saat menjadi Gubernur Georgia pada 1971-1975.

Ia kemudian menjadi Presiden ke-39 AS pada tahun 1977-1981.

Jimmy Carter mendirikan Carter Center (1982), sebuah organisasi yang berfokus pada hak asasi manusia, kesehatan global, dan pemantauan pemilu.

Selain itu, ia aktif dalam proyek kemanusiaan seperti Habitat for Humanity.

Jimmy Carter menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2002 atas upayanya dalam mempromosikan perdamaian dan menyelesaikan konflik internasional.

Istrinya, Rosalynn, yang dinikahinya selama 77 tahun, meninggal pada November 2023.

Sejak 2018 dan meninggalnya George HW Bush pada usia ke-94 tahun, Jimmy Carter menjadi presiden AS tertua yang masih hidup hingga 100 tahun, seperti diberitakan BBC.

Baca juga: Mantan Presiden AS, Jimmy Carter Jalani Hospice Care, Ingin Habiskan Sisa Hidup dengan Keluarga

Jimmy Carter, Mediator "Perjanjian Camp David" untuk Israel-Mesir

Salah satu prestasi terbesarnya sebagai presiden AS adalah menjadi mediator untuk perdamaian Israel dan Mesir melalui Perjanjian Camp David pada tahun 1978.

Perjanjian ini bertujuan mengakhiri konflik panjang antara Mesir dan Israel, yang telah memuncak dalam beberapa perang besar, termasuk Perang Enam Hari (1967) dan Perang Yom Kippur (1973).

Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri) dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin (kanan) dengan Presiden AS, Jimmy Carter (tengah) di Camp David pada tahun 1978. (WashingtonPost)

Negosiasi berlangsung di Camp David, Maryland, AS, selama 13 hari, pada 5-17 September 1978.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Presiden Mesir Anwar Sadat, Perdana Menteri Israel Menachem Begin, dan Presiden Jimmy Carter sebagai penengah.

Perjanjian Camp David berisi kesepakatan Israel untuk menarik pasukan dari Semenanjung Sinai, yang kemudian dikembalikan sepenuhnya ke Mesir.

Dengan perjanjian Camp David, Mesir menjadi negara Arab pertama yang mengakui keberadaan Israel secara resmi.

Israel dan Mesir kemudian menormalisasi hubungan diplomatik dan perdagangan, dikutip dari Al Araby.

Jimmy Carter dianggap berjasa besar dalam upaya perdamaian Israel dan Mesir.

Namun sayangnya perjanjian tersebut tidak langsung menyelesaikan konflik Palestina-Israel, seperti apa yang diharapkan sebelumnya.

Negara Arab lainnya mengkritik Anwar Sadat dengan keras karena dianggap berkhianat terhadap perjuangan Palestina.

Tiga tahun setelah menandatangani perjanjian Camp David, Anwar Sadat dibunuh oleh anggota Jihad Islam Mesir dengan bantuan Letnan Angkatan Darat Mesir, Khalid Islambouli saat parade militer pada 6 Oktober 1981.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini