Pusat perbelanjaan dan restoran di pusat kota Taipei belakangan selalu ramai diserbu konsumen. Perekonomian sedang berkembang pesat, terutama lewat produksi chip yang menjadikan Taiwan sebagai bagian sentral dari rantai suplai global.
Institut Penelitian Taiwan memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih dari 3 persen pada tahun 2025. Namun, sama seperti wilayah lainnya, penduduk Taipei khawatir akan tahun baru yang penuh gejolak.
Apa yang akan terjadi pada tahun 2025 di Cina? Apa arti masa jabatan kedua Donald Trump bagi negara-negara yang bergantung pada perdagangan dengan AS?
Pertanyaan ini sedang menggelayuti iklim bisnis di Asia. Konflik Rusia-Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah memang merupakan isu penting, namun kedua konflik tidak dianggap banyak berpengaruh di Asia, seperti halnya perekonomian Cina atau perang dagang dengan AS.
Dampak lesunya perekonomian Cina
Pertumbuhan ekonomi Cina pada tahun 2024 banyak dibebani krisis di sektor properti, tingginya utang pemerintah kota dan daerah, serta lesunya konsumsi domestik.
Data pada bulan November 2024 menunjukkan bahwa pemulihan yang berkelanjutan masih jauh dari kenyataan. Ketika peningkatan kapasitas produksi masih merangkak, pertumbuhan di sektor ritel mengecewakan.
Pada bulan Desember, Konferensi Ekonomi Pusat, sebuah badan tingkat tinggi Partai Komunis, mempertimbangkan cara untuk merehabilitasi perekonomian Cina. Namun, alih-alih mengatasi permasalahan mendasar, dewan itu hanya menegaskan kembali bahwa Cina sudah berada pada jalur yang tepat untuk memenuhi target pertumbuhan resmi sebesar sekitar 5 persen. Ada konsensus luas bahwa pemerintah akan menetapkan target serupa untuk tahun 2025.
"Masalahnya adalah pemerintah di Beijing masih percaya bahwa ada tingkat pertumbuhan yang layak,” kata George Magnus, peneliti di Cina Center di Universitas Oxford dan mantan kepala ekonom di UBS, dalam wawancara dengan DW.
"Tetapi pertumbuhan sebesar 5 persen mungkin lebih dari yang dapat dipertahankan oleh perekonomian Cina tanpa banyak kesulitan, baik terkait dengan utang atau pertumbuhan ekspor yang berlebihan,” kata Magnus.
"Potensi pertumbuhan berkelanjutan di Cina selama sepuluh tahun ke depan mungkin mendekati 2,5 hingga 3 persen.” Pemerintah seharusnya lebih menahan diri dan memberi lebih banyak kebebasan pada perekonomian, tegas Magnus.
Ekspor Cina dan konsumsi domestik
Meski pasar domestik semakin menguntungkan, ekspor tetap berperan penting bagi perekonomian Cina.
"Data pada bulan November menunjukkan bahwa kapasitas produksi meningkat lebih besar dibandingkan bulan Oktober, sementara penjualan ritel hanya tumbuh setengah dari pertumbuhan manufaktur,” kata Alicia Garcia-Herrero, kepala ekonom Asia-Pasifik di bank investasi Prancis Natixis. "Jadi apa yang harus dilakukan dengan produksi berlebih? Mau diekspor ke mana?”
Permasalahannya diyakini akan bertambah buruk seiring dengan meningkatnya proteksionisme oleh Beijing, kata Garcia-Herrero. "Saya pikir tahun 2025 adalah waktu untuk perubahan dan Cina perlu segera melakukan perubahan atau tahun ini akan berakhir dengan sangat buruk.”
Krisis bisnis properti
Pasar real estat merupakan beban besar bagi perekonomian Cina saat ini. Sekitar 70 persen aset rumah tangga di Cina diinvestasikan dalam bentuk properti, sementara sektor perumahan menyumbang sekitar 20 persen pada perekonomian nasional.