Kolombia dan Brasil Kecam Pernyataan Donald Trump terkait Rencana Pengambilalihan Gaza
TRIBUNNEWS.COM- Presiden Kolombia dan Brasil mengutuk pernyataan kontroversial Presiden AS Donald Trump tentang pendudukan AS di Gaza
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva telah menyatakan skeptisisme mendalam atas usulan AS untuk "mengambil alih" Gaza, dan menyebutnya sebagai dalih untuk pemindahan paksa warga Palestina dengan kedok "membawa perdamaian ke Timur Tengah."
Berbicara kepada media, Lula mempertanyakan apakah AS, sekutu terdekat pendudukan Israel, memiliki hak yang sah untuk menduduki tanah Palestina.
"Apa yang terjadi di Gaza adalah genosida," ungkapnya. "Sejujurnya, saya tidak tahu apakah Amerika Serikat, yang merupakan bagian dari semua ini, adalah negara yang tepat untuk mengawasi Gaza."
Lula lebih lanjut mengkritik peran global Washington, dengan menyatakan, "AS telah dipasarkan sebagai simbol demokrasi dunia, tetapi telah menunjuk dirinya sendiri sebagai hakim planet."
Presiden Kolombia kecam rencana AS
Presiden Kolombia Gustavo Petro juga mempertimbangkan pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump tentang Gaza, dengan memperingatkan bahwa tindakan seperti itu dapat memicu perang yang lebih buruk.
"Mereka akan memicu perang terburuk, berdasarkan keyakinan mereka bahwa mereka adalah orang-orang pilihan Tuhan," kata Petro.
Ia menekankan bahwa "umat Tuhan bukanlah orang Amerika kulit putih atau orang Israel. Umat Tuhan adalah seluruh umat manusia."
Pernyataan Lula dan Petro menambah reaksi keras internasional terhadap kebijakan AS di Gaza, karena meningkatnya kekhawatiran atas masa depan wilayah Palestina.
Skema 'pengambilalihan' Gaza
Setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperkenalkan skema "pengambilalihan" Jalur Gaza , yang mencakup pemindahan paksa ratusan ribu warga Palestina yang baru saja pulih dari genosida Israel selama 15 bulan, gelombang reaksi keras melanda panggung politik saat para pemimpin dunia mengecam dan menolak rencana tersebut.
Trump meramalkan Jalur Gaza yang dilanda perang, rumah bagi lebih dari dua juta warga Palestina, bisa menjadi "Riviera Timur Tengah" saat ia mengumumkan rencananya untuk merebut wilayah tersebut, bahkan jika itu memerlukan pembersihan etnis terhadap sekitar 2,4 juta orang.
"Riviera Timur Tengah. Ini bisa menjadi sesuatu yang sangat luar biasa," kata Trump dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.