News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gulf of America: Bagaimana Google Mengelola Pembagian Geografis yang Kontroversial

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gulf of America: Bagaimana Google Mengelola Pembagian Geografis yang Kontroversial

Google menyatakan akan menampilkan nama Gulf of America dan Mount McKinley pada layanan Maps-nya kepada para pengguna layanan peta tersebut di Amerika Serikat.

Donald Trump pada pelantikannya (20/1) menyatakan rencana untuk mengganti nama Gulf of Mexico (Teluk Meksiko) menjadi Gulf of America (Teluk Amerika) dan mengembalikan nama Gunung tertinggi di Amerika Utara, Denali, menjadi McKinley.

Penggantian nama itu sempat menjadi perdebatan kontroversial.

Dalam sebuah posting di X hari Senin, 27 Januari 2025, Google menyatakan akan menjalankan praktik yang sudah berlangsung lama untuk menerapkan perubahan nama lokasi mengikuti pembaruan resmi pemerintah, yang merujuk pada Geographic Names Information System (GNIS).

"Kami akan memperbarui dengan cepat Google Maps di AS untuk Gunung McKinley dan Teluk Amerika,” tulis Google pada platform X.

Kapan nama lokasi akan berubah di Google Maps?

Presiden Trump menandatangani Dekret Presiden tentang penggantian nama Teluk Meksiko dan gunung Denali di Alaska itu pada hari pertamanya menjabat, 21 Januari 2025.

Departemen Dalam Negeri AS menyatakan bahwa perintah eksekutif tersebut sedang diimplementasikan. GNIS sebagai bagian dari Survei Geologi AS sedang melakukan proses pembaruan tersebut. Berarti, setelah GNIS mengubah nama lokasi, layanan peta dan navigasi Google akan turut diperbarui.

Apakah semua pengguna akan melihat perubahan tersebut?

Dalam pernyataannya, Google menyatakan bahwa "nama resmi suatu lokasi mungkin muncul berbeda untuk setiap negara, pengguna Maps juga akan melihat nama resmi lokal yang digunakan negara tersebut. Jadi, semua orang di seluruh dunia akan melihat dua nama.”

Itu berarti pengguna Google Maps di Amerika Serikat akan melihat nama Gulf of America, sementara pengguna di Meksiko akan tetap melihat nama sebelumnya, Gulf of Mexico.

Pengguna Google Maps dari tempat lain di dunia akan melihat dua nama, dengan satu nama dalam tanda kurung. Google belum mengomentari urutan penamaan yang akan ditampilkan, namun The New York Times memprediksi bahwa nama Gulf of Mexico akan ada dalam urutan pertama.

Bagaimana Google Maps menangani nama-nama tempat yang jadi sengketa?

Google Maps merupakan aplikasi navigasi dan pemetaan yang paling banyak digunakan di dunia, dengan sekitar 1 miliar pengguna aktif setiap bulannya. Dengan status tersebut, Google Maps sering terlibat dalam sengketa politik dan geografis tentang penamaan dan batas wilayah antar negara. Hal ini seringkali berkembang menjadi perselisihan antar negara.

Dalam pernyataan terbarunya terkait sengketa penamaan, Google Maps mengatakan akan menggunakan nama yang berbeda untuk merujuk ke tempat yang sama, dengan mengacu pada lokasi pengguna.

Salah satu kasus penting yang melibatkan perairan teluk adalah kasus penamaan perairan Arab Saudi dan Iran, yang lebih dikenal sebagai Teluk Persia atau Teluk Arab.Iran menyebutnya Teluk Persia, sedangkan Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya menyebutnya sebagai Teluk Arab.

Pada tahun 2012, Iran mengancam akan menuntut Google karena tidak memberi label Teluk Persia pada layanan petanya. "Jika Google tidak memperbaiki kesalahannya sesegera mungkin, kami akan mengajukan tuntutan resmi kepada Google,” ujar Ramin Mehmanparast, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran saat itu.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini