Hamas menggambarkan pernyataan Donald Trump mengenai keinginannya untuk membeli Jalur Gaza yang disebut sebagai lokasi real estate sebagai hal yang tidak masuk akal dan mencerminkan ketidaktahuan yang mendalam tentang Palestina dan wilayah tersebut.
Izzat al-Rishq, anggota biro politik Hamas, mengutuk pernyataan Trump, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Palestina akan menyabotase semua rencana untuk menggusur mereka.
"Pernyataan Trump tidak masuk akal dan mencerminkan ketidaktahuan mendalam tentang Palestina dan kawasan tersebut," kata Izzat al-Rishq dalam pernyataannya, Minggu.
"Gaza bukanlah properti yang dapat diperjualbelikan, dan merupakan bagian integral dari tanah Palestina yang kami jajah," lanjutnya.
Ia menekankan bahwa pernyataan Donald Trump yang menyebut Jalur Gaza sebagai lokasi real estate sebagai bukti kegagalan mengatasi masalah Palestina.
"Menangani masalah Palestina dengan mentalitas pedagang real estate adalah resep kegagalan. Rakyat Palestina kami akan menggagalkan semua rencana pemindahan dan deportasi," katanya.
"Gaza adalah milik rakyatnya, dan mereka tidak akan meninggalkannya kecuali ke kota-kota dan desa-desa mereka yang diduduki pada tahun 1948," jelasnya, merujuk pada pendirian Israel setelah militan Zionis mengusir penduduk Palestina.
Meskipun mendapat kritik dari sekutu internasional dan negara-negara Arab, Donald Trump bersikeras pada usulannya, dan sebelumnya mengatakan, "Israel akan menyerahkan Jalur Gaza kepada Amerika Serikat setelah pertempuran berakhir."
Israel dan Hamas mulai mengimplementasikan perjanjian gencatan senjata pada 19 Januari 2025, yang akan dibagi menjadi tiga tahap dengan masing-masing tahap berlangsung selama 42 hari.
Sejauh ini, Israel-Hamas telah melakukan pertukaran tahanan gelombang ke-5 dan berupaya untuk melakukan perundingan untuk membahas tahap kedua perjanjian tersebut.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)