TRIBUNNEWS.COM - Gaza menyambut bulan suci Ramadan dengan semangat yang luar biasa meskipun dilanda kehancuran akibat kampanye pengeboman genosida Israel selama 15 bulan.
Meskipun banyak bangunan yang hancur dan jalan-jalan penuh dengan puing-puing, penduduk Gaza tetap menunjukkan ketahanan mereka dengan mempersiapkan bulan Ramadan.
Pada malam-malam yang gelap, jalanan dan rumah-rumah mulai dihiasi dengan lentera warna-warni, spanduk, dan bendera.
Ini menciptakan suasana yang cerah dan penuh harapan.
Meskipun kondisi ekonomi sangat sulit, hiasan-hiasan buatan tangan yang indah ini menjadi simbol ketahanan dan harapan bagi warga Gaza, yang berjuang untuk kembali berdiri setelah kehancuran yang ditinggalkan perang, dikutip dari Middle East Monitor.
Lampu-lampu warna-warni dan bulan sabit yang bersinar kini tergantung di antara gedung-gedung yang rusak, memberikan gambaran persatuan dan keteguhan hati yang tak tergoyahkan.
Bagi banyak orang, persiapan ini lebih dari sekadar tradisi.
Ini adalah cara mereka untuk mengingatkan diri mereka tentang ketahanan dan kekuatan spiritual yang diperlukan untuk menghadapi segala kesulitan yang datang.
Ramadan, yang seharusnya menjadi bulan penuh berkah, kini menjadi waktu yang penuh makna bagi mereka yang masih mampu menjaga semangatnya meskipun dalam keterbatasan.
Banyak keluarga yang masih bertekad untuk menjunjung tinggi semangat bulan suci dan melanjutkan tradisi Ramadan, meskipun tantangan besar menghampiri mereka.
Namun, bagi sebagian besar penduduk yang kehilangan rumah dan tempat tinggal akibat perang, keterbatasan keuangan telah menjadi hambatan besar.
Bagi mereka, membeli dekorasi atau mempersiapkan diri menyambut Ramadan seperti tahun-tahun sebelumnya terasa sangat sulit.
Baca juga: Warga Gaza Siapkan Tempat Salat dari Sisa Puing-puing Masjid yang Sudah Hancur, Siap Sambut Ramadan
Di tengah reruntuhan dan kesulitan ekonomi, mereka harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan dan tempat tinggal yang layak.
Pemilik toko lentera di Gaza, Hosam Al-Ajooz menjelaskan bagaimana musim Ramadan tahun ini jauh berbeda dari sebelumnya.