TRIBUNNEWS.COM- Warga Palestina di Gaza merayakan hari pertama Ramadan dengan berbuka puasa di tengah reruntuhan bangunan akibat perang.
Meskipun banyak bangunan hancur, suasana berbuka puasa tetap diwarnai sukacita, terutama karena tidak ada serangan udara yang mengguncang pada hari pertama puasa.
Suasana Ramadan di Tengah Gencatan Senjata
Ramadan tahun ini dimulai dalam suasana gencatan senjata, memberikan sedikit ketenangan bagi warga Gaza. "Kami bersyukur tidak ada ledakan atau serangan udara," ungkap seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya, seperti dikutip dari Al Jazeera dan AFP.
Meskipun demikian, banyak warga masih menghadapi kesulitan dalam berbelanja akibat kehancuran yang terjadi.
Beberapa toko yang selamat dari perang telah dibuka kembali, dan pedagang kaki lima mulai berjualan di pasar.
Namun, kondisi ekonomi tetap sulit, dan banyak warga berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Kisah Ketabahan di Tengah Kesedihan
Fatima Al-Absi, seorang warga Jabaliya, menggambarkan Ramadan tahun ini sebagai sangat berbeda. "Tidak ada suami, tidak ada rumah, tidak ada makanan yang layak, dan tidak ada kehidupan yang layak," keluhnya.
Suaminya dan menantu laki-lakinya tewas dalam perang, dan rumahnya hancur.
Meski demikian, Fatima tetap berdoa dan berharap untuk mendapatkan kesabaran dan kekuatan.
Gencatan senjata yang dimulai pada Januari 2024 memberi sedikit harapan bagi warga Gaza.
Meskipun mereka masih hidup dalam reruntuhan, banyak yang tetap berusaha untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Harapan untuk Masa Depan
Ramadan tahun ini, meskipun diliputi kesedihan, tetap menjadi waktu bagi umat Muslim untuk memperbanyak ibadah dan merenungkan agama.
Banyak warga Gaza berharap untuk kedamaian dan keamanan di masa depan.
Selama enam minggu gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 25 sandera hidup dan menyerahkan delapan jenazah ke Israel sebagai imbalan untuk ratusan tahanan Palestina.
Namun, negosiasi selanjutnya masih membawa ketidakpastian bagi warga Gaza dan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Perang yang dimulai pada Oktober 2023 antara Israel dan Hamas telah mengakibatkan sekitar 1.200 orang di Israel dan 48.000 orang di Gaza tewas.
Pemerintah Israel mendukung usulan untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata hingga bulan Ramadan dan Paskah Yahudi, meskipun Hamas menuntut perundingan untuk fase kedua.
Dengan harapan untuk kedamaian, warga Gaza terus berjuang di tengah tantangan yang dihadapi.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).