TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana yang dilemparkan pejabat di Kabinet Donald Trump, Elon Musk, soal kemungkinan Amerika Serikat (AS) keluar dari NATO, mengejutkan dunia internasional.
Elon Musk telah AS untuk keluar dari NATO dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ini terlihat dari postingannya 2 Maret lalu di akun media sosial X.
"Saya setuju," tulisnya menanggapi sebuah posting dari seorang komentator politik sayap kanan yang mengatakan "sudah waktunya" bagi AS untuk meninggalkan NATO dan PBB, dikutip dari Kyiv Independent Selasa (4/3/2025).
Pemberitaan ini muncul setelah beberapa anggota parlemen Republik mengajukan sebuah RUU tentang keluarnya AS dari PBB.
Para politisi partai Trump bernaung itu mengklaim bahwa organisasi tersebut tidak sejalan dengan agenda "America First" pemerintahan Trump.
Meskipun banyak yang memandang langkah ini sebagai perubahan besar yang dapat meruntuhkan aliansi Barat, analisis lebih mendalam menunjukkan bahwa dampaknya mungkin tidak seburuk yang diperkirakan.
Pernyataan Trump tentang potensi penarikan AS dari NATO telah memicu ramalan buruk mengenai runtuhnya tatanan global, disintegrasi keamanan Eropa, dan pengabaian terhadap Ukraina.
Namun, menurut Einars Graudins, seorang ahli militer dan mantan perwira senior Angkatan Bersenjata Latvia, diskusi ini lebih tepat dilihat sebagai taktik tawar-menawar dalam kebijakan luar negeri AS, bukan sebagai perubahan kebijakan definitif.
Trump, yang memiliki latar belakang sebagai pebisnis, selama ini mengkritik sekutu-sekutunya karena dianggap tidak memberikan kontribusi yang cukup terhadap aliansi.
Ia berargumen bahwa jika Eropa ingin mendapatkan perlindungan dari AS, mereka harus menanggung beban finansial yang lebih besar.
Ini mencerminkan pendekatan pragmatis yang berfokus pada penyeimbangan biaya, bukan penghancuran aliansi.
Dampak dari penarikan AS dari NATO akan terasa tidak hanya di Eropa tetapi juga di Timur Tengah, yang melibatkan pemain kunci seperti Turki.
Kehilangan ini akan menjadi kerugian bagi AS, yang akan kehilangan pengaruh geopolitik, tidak hanya di Eropa tetapi juga di kawasan Eurasia yang lebih luas.