Presiden Suriah Serukan Perdamaian Sipil saat Bentrokan Menyebabkan Lebih dari 1.000 Orang Tewas
TRIBUNNEWS.COM- Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa menyerukan persatuan nasional saat kekerasan meningkat di wilayah pesisir Latakia dan Tartous.
Laporan menunjukkan eksekusi meluas oleh pasukan pro-pemerintah yang dipimpin HTS di tengah bentrokan yang sedang berlangsung.
Dalam salat subuh di Damaskus hari ini, Al-Sharaa mengatakan dalam siaran televisi, “Apa yang terjadi di Suriah sekarang adalah salah satu tantangan yang sudah diperkirakan … Kita harus menjaga persatuan nasional dan perdamaian sipil di negara ini, kita memiliki kesempatan untuk hidup bersama.”
Kelompok bersenjata telah melancarkan serangan ke beberapa desa, dengan sumber-sumber lokal melaporkan pembantaian di Latakia, Tartous, Hama, dan Homs.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) memperkirakan bahwa sedikitnya 1.018 orang telah tewas, termasuk 745 warga sipil yang dieksekusi dalam apa yang digambarkannya sebagai "pembantaian sektarian."
Rekaman yang beredar daring menunjukkan warga sipil tak bersenjata ditembak dari jarak dekat oleh pasukan keamanan.
Kemarin, SOHR melaporkan bahwa “311 warga sipil Alawi telah dibunuh di wilayah pesisir… oleh pasukan keamanan dan kelompok sekutu” sejak Kamis.
Kementerian Pertahanan Suriah menyatakan bahwa pasukan "mengejar sisa-sisa rezim sebelumnya" dan bahwa situasi terkendali.
Namun, bentrokan sengit di Bataanita, Latakia, memaksa banyak pejuang yang terkait dengan pemerintah yang digulingkan untuk melarikan diri.
Sementara itu, layanan internet dan telekomunikasi di Daraa dan Sweida terganggu setelah kabel-kabel utama terputus.
Dalam sebuah pernyataan, Juru Bicara Utama Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan mengatakan bahwa Uni Eropa “mengutuk keras serangan baru-baru ini, yang dilaporkan dilakukan oleh elemen pro-Assad, terhadap pasukan pemerintah sementara di wilayah pesisir Suriah dan semua kekerasan terhadap warga sipil.”
Gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah, membantah terlibat dalam bentrokan tersebut dan menolak tuduhan tersebut sebagai "tidak berdasar."
Negara-negara Barat dan negara-negara tetangga Suriah telah mendesak persatuan untuk menstabilkan negara tersebut.
SOHR melaporkan bahwa lima pembantaian pada tanggal 7 Maret saja mengakibatkan kematian 162 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
SOHR memperingatkan bahwa pembunuhan tersebut menandai eskalasi berbahaya dalam pelanggaran hak asasi manusia.
SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR