Sambut Jet-Jet AS, Unit Pertahanan Udara IRGC Iran Diizinkan "Tembak-Sesuka Hati" ke Penyusup
TRIBUNNEWS.COM - Unit pertahanan udara Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) dilaporkan telah diberi izin untuk menembaki pesawat apa pun yang melanggar wilayah udara negara itu tanpa terlebih dahulu mengajukan izin ke perwira atasan.
Kebijakan 'fire at will' ini muncul setelah Iran baru-baru ini mendapat ancaman pengeboman dari Amerika Serikat (AS) terkait negosiasi pengembangan nuklir.
Baca juga: Mau Bom Iran, AS Kirim Sistem Rudal THAAD Kedua ke Israel

Menurut laporan, sebelumnya unit pertahanan udara IRGC memerlukan persetujuan dari perwira atasan sebelum mereka diizinkan melepaskan tembakan bahkan setelah mengidentifikasi pesawat musuh yang telah melanggar wilayah udara Iran.
“Dalam kasus di mana unit pertahanan udara telah mengidentifikasi secara positif pesawat musuh yang melanggar wilayah udara kedaulatan Republik Iran, komandan unit pertahanan udara regional tidak memerlukan persetujuan dari atasan untuk mengebom target,” tulis laporan DSA, Minggu (6/4/2025).
Laporan itu lebih lanjut menyatakan kalau, "Persetujuan untuk menembak (fire at will) adalah terhadap target yang melibatkan kendaraan udara tak berawak musuh".
"Unit pertahanan udara, baik di bawah naungan Korps Garda Revolusi Iran atau lainnya, telah ditempatkan pada tingkat siaga tertinggi untuk menghadapi gangguan apa pun dari pesawat asing," kata laporan itu.
Presiden AS, Donald Trump telah berulang kali memperingatkan tentang serangan terhadap Iran atas tuduhan bahwa negara Persia itu sedang berupaya mengembangkan senjata nuklir.
Trump, yang telah membuktikan dirinya sebagai pendukung setia Israel sejak menjabat, memperingatkan bahwa jika "Iran tidak menyetujui perundingan yang ditawarkan, negaranya akan melancarkan serangan udara yang belum pernah terlihat sebelumnya."
Ancaman terbaru Trump - yang lebih eksplisit dan keras daripada pernyataan sebelumnya - muncul setelah ia mengirim surat ke Iran, yang isinya belum diungkapkan, yang menawarkan negosiasi mengenai program nuklir negara itu.
Adapun Iran, mereka mengklaim bahwa program nuklirnya tidak mengancam pihak mana pun karena program tersebut ditujukan untuk menghasilkan listrik dan bukan untuk mengembangkan senjata nuklir.
Iran Balas Ancam Bombardir Pangkalan Militer AS di Kawasan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei dilaporkan mengatakan kalau "ancaman terbuka untuk mengebom Iran oleh kepala negara merupakan kontradiksi yang jelas terhadap prinsip-prinsip dasar perdamaian dan keamanan internasional."
“Ancaman-ancaman seperti itu merupakan pelanggaran serius terhadap Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan juga melanggar peraturan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Terorisme hanya akan mengundang lebih banyak terorisme, sementara perdamaian akan melahirkan perdamaian. Amerika harus membuat pilihan.”
Sementara itu, Panglima Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Iran, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, mengancam akan membombardir pangkalan militer AS di Timur Tengah yang menampung sekitar 50.000 tentaranya.
"Orang yang tinggal di rumah kaca tidak boleh melempar batu ke orang lain. Amerika Serikat memiliki setidaknya 10 pangkalan militer dengan 50.000 personel di wilayah tersebut — yang berarti mereka sendiri tinggal di rumah kaca."
Baca juga: Tujuh Pesawat Pengebom B-2 Spirit AS Kumpul di Pulau Diego Garcia, Persiapan Serang Iran?