Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Setelah 12 tahun lalu Jepang meluncurkan roket, kini Badan Antariksa Luar Angkasa Jepang (JAXA) tanggal 22 Agustus 2013 akan meluncurkan roket penelitiannya bernama Epsilon di Uchinoura Space Center di Perfektur Kagoshima. Demikian diungkapkan JAXA dalam konperensi persnya siang tadi, dilaporkan langsung oleh Tribunnews.com dari Tokyo, Selasa (21/5/2013).
"Roket dengan tinggi 24 meter dengan diameter 2,5 meter , ukurannya sekitar setengah dari H2A roket utama Jepang," ungkap Morita Yasuhiro, Manajer proyek JAXA tersebut.
Pada tahap pertama, misalnya, digunakan sebagai roket unggulan roket bantu Jepang "H2A", menggunakan kombinasi dari teknologi yang ada. Pekerjaan inspeksi peluncuran dilakukan dengan dua komputer agar efisiensi semakin baik, mengurangi biaya sekitar miliaran yen berkat efisiensi tersebut.
Biaya pembuatan roket pada akhirnya akan mencapai angka 3,8 miliar yen berarti sepertiga dari biaya pembuatan roket H2A yang juga dibuat dan pernah diluncurkan JAXA di masa lalu.
Upaya pengurangan biaya ini sebagai bagian dari strategi Jepang melakukan persaingan peluncuran roket di bisnis internasional saat ini.
Rencana peluncuran Agustus, tercatat menjadi satelit ruang angkasa yang dilengkapi dengan teleskop untuk mengamati planet bumi ini, dengan kemajuan teknologi Jepang saat ini.
Roket Epsilon adalah hasil pengembangan roket dengan bahan bakar padat dari JAXA dengan ukuran kecil yang telah dilakukan sejak 3 tahun lalu dengan biaya pengembangan (penelitian) sekitar 20 miliar yen.
Roket dengan tiga tahap ketinggian 24 meter, diameter 2,5 meter itu berberat 91 ton, "Akan kami luncurkan di Kimotsuki, Kagoshima," paparnya lagi.
Sekitar 7 tahun lalu teknologi roket M5 berbiaya tinggi sehingga kini digunakanlah roket unggulan baru Jepang H2A yang berbiaya relatif rendah.
Selain itu, sistem kontrol peluncuran telah dikembangkan yang baru untuk epsilon. Ketika peluncuran roket, monitor konvensional data yang ditampilkan di ruang kontrol tehknisi lapangan dengan keahlian, ditetapkan cukup banyak orang sehingga memerlukan biaya banyak.
Kini dengan sistem yang baru, mengotomatisasi data, pekerjaan diserahkan ke bagian komputer sehingga dua komputer saja bisa mengaktifkan menjalankan dan mengoperasikan peluncuran roket tersebut nantinya. Itulah sebabnya biaya akhir diperkirakan hanya sekitar 3,8 miliar yen. Harga ini setengah daripada kalau menggunakan roket M5.
"Teknologi JAXA semakin berkembang baik sehingga dalam empat tahun mendatang mungkin biaya pembuatan bisa ditekan lagi menjadi 3 miliar yen saja," tekannya lagi.
Penginstalan roket di lapangan juga berkurang dari yang biasanya 45 hari, kini dalam 7 hari roket sudah bisa siap untuk diluncurkan.
Kemampuan peluncuran roket kecil ini adalah sekitar sepersepuluh dari roket utama H2A, "H2A", lebih murah, dalam membawa peralatan ke ruang angkasa dan lebih fleksibel.
Pemerintah Jepang mencanangkan rencana pengembangan teknologi luar angkasa untuk lima tahun ke depan mulai tahun fiskal sekarang. Diajukan untuk kepentingan bisnis dan organisasi yang membutuhkannya.
Selain roket Epsilon yang akan membawa satelit pengamat luar angkasa, direncanakan pula akan melundurkan dua satelin lain di tempat yang sama dalam kurun waktu 5 tahun mendatang ini.