TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dari 313 juta pengguna LinkedIn di seluruh dunia, tiga juta di antaranya berasal dari Indonesia. Deepa Sapatnekar (Head of Communications, LinkedIn, India & Hong Kong) menuturkan, terdapat dua member baru yang bergabung di LinkedIn setiap detiknya. “Terjadi peningkatan sangat cepat setelah 2007,” terang Deepa, di Jakarta, Kamis (18/9).
Namun, dari sekian pengguna LinkedIn, belum seluruhnya mampu menggunakan jejaring profesional ini secara optimal. Walhasil, akun LinkedIn kadang menganggur begitu saja, atau tidak memiliki dampak terhadap perkembangan karier.
Tantia Dian Permata Indah menuturkan, biasanya hal pertama yang dilihat seorang recruiter adalah foto. Wanita yang kini berprofesi sebagai Head of Partnerships, Traveloka.com ini beralasan, wajah seseorang merupakan representasi wajah perusahaan. Tantia pun menghimbau agar pengguna LinkedIn tidak main-main ketika memasang foto profil di LinkedIn.
Hal ini pun diamini Asmara Wreksono (Miund). Wanita yang berprofesi sebagai Head of Communications for Indonesia, CHH-Creative Hothouse Technologies Pte. Ltd ini juga mengeluhkan kecenderungan orang Indonesia yang menulis nama profil di LinkedIn dengan huruf kapital atau kecil semua.
Padahal dia menilai, penulisan nama juga mencerminkan kepribadian seseorang. “Kalau tidak menghargai nama sendiri, bagaimana menghargai diri Anda,” ujar Miund. Lebih dari itu, bagaimana seseorang bisa menghargai perusahaan, jika ia tidak menghargai dirinya sendiri. Foto profil yang baik dipercaya mampu membuat profil Anda 14 kali lebih menarik untuk dilihat orang lain.