Laporan Reporter Tribun Jogja, Gaya Lufityanti
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Sebagai satu negara penghasil nanas, Indonesia sudah mampu mengolah berbagai macam produk dari buah nanas. Namun, penumpukan limbah nanas menjadi problem tersendiri bagi industri pengolahan nanas.
Data BPS menunjukkan produksi nanas Indonesia tahun 2010 sebesar 1.406.445 ton. Pada 2011, angka ini naik menjadi 1.540.626 ton pada tahun 2011 dan mencapai 1.781.899 ton pada tahun 2012. Produktivitas yang progresif, disambut baik oleh industri pengolahan nanas sehingga berpotensi menghasilkan produk sampingan yakni limbah.
"Sisa pengolahan nanas akan menjadi masalah jika menumpuk dan dibiarkan begitu saja," kata Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Susila Herlambang beberapa waktu lalu.
Ia mencontohkan, di PT Great Giant Pinapple, satu sentra perkebunan nanas di Lampung seluas 32.000 hektar. Industri tersebut setiap harinya memproduksi limbah hingga 424 ton dari pengolahan juice nanas kaleng untuk ekspor. Dari proses pengelolaan nanas hingga menjadi mill juice nanas menghasilkan berbagai limbah yaitu limbah dari penghancuran tanaman setelah tidak berbuah sebesar 200 ton/ha.
Kemudian limbah dari batang tanaman nanas untuk diproses menghasilkan enzim bromelin sebesar 40 ton /hari. Selanjutnya limbah mill juice dari perasan kulit dan tongkol daging nanas sebesar 4 ton/hari. Lalu limbah kotoran sapi padatan 40 ton/hari dan cairan 120 meter kubik/hari serta limbah tapioka 20 ton/hari.
Menurutnya, pengelolaan limbah organik segar dan limbah pengalengan nanas sebagai bahan pembenah tanah Ultisol bisa menjadi solusi terhadap permasalahan tersebut. Penggunaan berbagai kombinasi bahan limbah organik segar dan pengalengan nanas pada ketebalan tanah diharapkan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Hasil penelitian Susila menunjukkan penggunaan berbagai kombinasi limbah nanas segar dan pengalengan terbukti mampu meningkatkan kandungan karbon (C) dalam tanah dari kurang dari 1 persen menjadi 2 persen. Melalui pemberian bahan organik segar, dapat meningkatkan kadar karbon tanah dari 20 persen menjadi 28,40 persen pada ketebalan 0-15 cm di Ultisol perkebunan nanas. Sementara kadar karbon tanah pada sistem lysimeter terbuka dan tertutub lebih dari 1,70 persen.
Temuan lain memperlihatkan bahwa penggunaan kombinasi limbah organik segar dapat memperbaiki kesuburan tanah. Kombinasi ini berupa seresah tanaman 200 ton/ha, limbah tapioka 40 ton/ha, seresah bonggol 40ton/ha, mill juice nanas 2 ton/ha, dan kotoran sapi cair 2 ton/ha. Semua bahan ini dicampurkan pada ketebalan 0-30 cm dengan didekomposisikan selama tiga bulan. (*)