TRIBUNNEWS.COM - Penelitian baru-baru ini menunjukkan fakta mengejutkan, dimana masyarakat dunia memompa karbon dioksida dalam pemanasan iklim ke atmosfer 10 kali lebih cepat daripada 66 juta tahun sebelumnya.
Evolusi memperlihatkan bahwa dunia telah berada di dalam 'wilayah yang belum dipetakan' dan hal tersebut berkonsekuensi pada kehidupan di darat dan di lautan kemungkinan akan menjadi lebih parah daripada masa keberadaan dinosaurus.
Berasal dari World Meteorological Organitation yang menerbitkan status laporan iklim yang merinci serangkaian catatan iklim dan cuaca pada tahun 2015.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa pemanasan global akan menimbulkan dampak yang lebih luas, parah dan dapat diubah oleh masyarakat dan alam.
Namun penelitian terbaru memperlihatkan bagaimana tingkat emisi karbon terbaru, hal tersebut berarti bahwa catatan geologi tidak dapat membantu memprediksikan dampak dari perubahan iklim saat ini.
Menurut para ilmuwan yang baru-baru ini menyatakan peringatan dalam catatan panas bumi pada awal bulan di tahun 2016.
"Laju tingkat pelepasan karbon kita saat ini belum pernah terjadi sebelumnya selama jangka waktu yang lama dalam sejarah bumi, hal tersebut berarti bahwa kita secara efektif sudah memasuki sebuah negara 'no-analogue'," kata Prof. Richard Zeebe dari University of Hawaii yang memimpin penelitian.
Tingkat saat ini dan masa depan dari perubahan iklim dan pengasaman air laut terlalu cepat bagi sebagian besar spesies untuk beradaptasi, yang kemungkinan akan mengakibatkan kepunahan yang lebih luas.
Banyak peneliti yang berpikir bahwa dampak manusia di planet ini telah mendorong ke dalam sebuah era geologi terbaru, yang dijuluki Antheopocene.
Satwa liar sudah hilang pada tingkat yang sama seperti kepunahan massal terakhir, yang didorong dengan perusakan habitat.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience, memeriksa sebuah kejadian pada 56 juta tahun lalu yang diyakini sebagai pelepasan karbon paling besar ke atmosfer sejak kepunahan dinosaurus pada 66 juta yang lalu.
Era tersebut yang disebut dengan Palaeocene-Eocene Thermal Maximum (PETM) yang menyebabkan peningkatan temperatur sebesar 5 derajat celcius selama beberapa ribu tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa pada awal PETM tidak lebih dari 1 miliyar ton karbon yang dilepaskan ke atmosfer pada tiap tahunnya.
Berbeda dengan 10 miliyar ton karbon yang dilepaskan ke atmosfer setiap tahun oleh pembakaran bahan bakar fosil dan aktivitas manusia lainnya saat ini.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa perubahan iklim mungkin tidak menyebabkan suhu naik terus, tetapi titik kritis, seperti hilangnya seluruh es di Arktik atau pelepasan massa metana dari permafrost yang dapat terlihat perubahan yang lebih tajam dan berbahaya.
"Dalam mempelajari salah satu masa yang paling dramatis dari perubahan global sejak akhir zaman dinosaurus , para ilmuwan menunjukkan bahwa kita sedang berada di dalam wilayah yang belum dipetakan dalam tingkat karbon yang dilepaskan ke atmosfer dan lautan," kata Candace Mayor, dari US National Science Foundation, yang membiayai penelitian tersebut.(National Geographic/Nisrina Darnila)