TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Obat antiimpotensi viagra telah menyelamatkan kehidupan cinta para pria di seluruh dunia dalam 20 tahun terakhir.
Tapi, apakah kepopuleran pil biru ini akan segera digantikan oleh obat oles yang lebih praktis?
Sejumlah ilmuwan telah mengembangkan obat pendongkrak libido yang bekerja lewat kulit, bukan obat telan.
Obat baru ini diklaim bekerja lebih cepat, tak seperti pil biru yang perlu waktu beberapa menit sampai satu jam sebelum memberikan hasil.
Bukan hanya itu, obat yang nantinya akan dipasarkan dalam bentuk seperti koyo ini, disebut-sebut memberikan efek tahan lama bagi penggunanya. Konon kemampuannya mempertahankan ereksi sampai 10 jam.
Koyo tersebut bisa ditempelkan di lengan atas atau perut. Kelebihan lain dari obat ini adalah minim efek samping berupa sakit kepala atau migrain, seperti pada obat yang diminum.
Hasil pengujian terakhir menunjukkan, koyo ini mampu mengurangi sildenafil sitrat, zat aktif yang dipakai oleh Viagra, menjadi seukuran nanopartikel sehingga mudah meresap ke kulit dan masuk ke aliran darah.
Selama bertahun-tahun, para ahli terus berupaya mengembangkan obat antiimpotensi baru yang bisa masuk ke peredaran darah tanpa melalui perut. Tujuannya untuk mengurangi efek samping.
Obat antiimpotensi yang saat ini beredar, misalnya Cialis, juga memiliki efek samping walau bekerja lebih cepat dibanding Viagra.
Pada obat berbentuk koyo ini, digunakan metode pengantaran obat terbaru yang disebut transferome techonology, untuk membuat koyo berukuran kecil, sekitar 1 cm.
Setiap koyo dibuat dari film tipis yang mengandung partikel zat aktif obat.
Kemudian zat itu dilapisi oleh lapisan lemak tipis untuk membantu proses penyerapan di kulit. Penelitian pada tikus menunjukkan hasil yang diharapkan.
Meski begitu, kelemahan dari koyo ini adalah harganya yang lebih mahal dari pil oral.