Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Gangguan bipolar (GB) adalah salah satu jenis gangguan kesehatan jiwa yang masuk dalam kategori mood disorder atau gangguan suasana hati.
"Dulu dikenal dengan istilah manic depressive. Penderitanya mengalami gejolak mood yang tidak stabil, suatu saat berada di episode yang mania atau bahagia berlebih, tiba-tiba mengalami episode depresif," ujar dr. AAA Agung Kusumawardhani, SpKJ (K) dalam seminar media "Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Dunia 2013: Mental Health in Older Adults" di Hotel Gran Melia, Jakarta, Rabu (2/10/2013).
Acara tersebut digelar oleh PDSKJI dan Seksi Bipolar dan Gangguan Mood Lainnya, dengan dukungan PT Abbott Indonesia.
GB sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu GB tipe 1 dan GB tipe 2.
"Pengidap GB tipe I didominasi perasaan mania. Kondisi ini ditandai dengan kepercayaan diri meningkat, bangga diri berlebih, perasaan gembira yang luar biasa, perkataan dan ide-ide yang cenderung tidak realistis," ujar Agung.
Adapun GB tipe II cenderung didominasi perasaan depresi dan hipomania. "Penderitanya tiba-tiba memiliki ide berlebih namun masih realistis. Dia juga jadi talkative dan pembicaraannya berlebih tapi masih dapat diterima secara norma sosial," jelas Agung.
Dijelaskan olehnya, bipolar dapat berdampak serius apabila penderitanya tidak sesegera mungkin mendapatkan pengobatan dan perawatan khusus.
Salah satu dampak terburuk adalah kematian karena penderita GB sangat berisiko tinggi terhadap penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, serta pencobaan bunuh diri.
"Secara ekonomi dan sosial mereka juga dapat merugikan orang lain," kata Agung.
Oleh karenanya, Agung menyarankan apabila seorang sudah menunjukkan kecenderungan GB, segeralah melakukan pengobatan.
Pada kesempatan yang sama, Dr.dr.Nurmiati Amir, SpKJ (K) mengatakan kecenderungan GB sendiri sudah bisa terlihat sejak usia dini meski belum bisa dipastikan anak tersebut akan menderita GB.
"Misalnya moodswing balita berubah tiba-tiba, diikuti tindakan hiperaktif yang episodik. Biasanya, anak-anak berprestasi yang menunjukkan gejala GB. Pada bayi, susah tidur dan muncul secara episodik juga," kata Nurmiati.
Faktor risiko lain di antaranya ada anggota keluarga yang mengidap bipolar, lahir prematur dengan berat kurang dari 2,5 kg, dan lahir dari ibu yang mengalami hipertensi saat kehamilan.
Agung mengatakan bentuk pengobatan yang diberikan yaitu pendekatan multidisiplin (apabila GB dipicu oleh penyakit lain), psikofarmaka (obat-obatan bersifat mood-stabilizer), psikoterapi, dan psikososial.
"Yang terpenting adalah peran keluarga dan para caregivers. Mereka harus diberi edukasi untuk memahami gejala GB dan diimbau untuk memberi dukungan moril pada penderita atau mereka yang memiliki kecenderungan GB. Ini adalah penyakit yang long-live dengan pengobatan seumur hidup," kata Agung.