TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Trombosis atau penggumpalan darah yang menyebabkan sumbatan didalam jaringan arteri atau vena masih kurang disadari masyarakat Indonesia. Padahal ini menjadi salah satu penyebab kematian diam-diam (silent killer). Sumbatan karena trombosis dapat secara total atau partial.
"Kalau sumbatan total pada arteri koroner atau jantung dapat menyebabkan kematian tiba-tiba atau dikenal sebagai serangan jantung. Jika sumbatan total pada arteri serebral atau otak maka terjadi kematian karena stroke, inilah kenapa trombosis disebut sebagai silent killer ” kata Prof. Dr. dr. Karmel Lidow Tambunan SpPD,K-HOM di Jakarta dari Departemen Hematologi dan Onkologi Medik, FKUI/RSCM dalam Journalist Class “Trombosis : Silent Killer ! yang diselenggarakan Pfizer Indonesia di Jakarta, Jumat (4/10/2013).
Saat ini di Indonesia dari 10 penyebab kematian utama yang menduduki peringkat pertama adalah stroke dan urutan ke-3 adalah jantung, bila kita uraikan lebih lanjut 80-85 persen stroke adalah stroke iskemik atau trombosis dan lebih dari 70 persen kematian jantung juga karena trombosis. "Kalau kita jumlahkan maka trombosis juga merupakan penyebab kematian utama di Indonesia," katanya.
Trombosis dapat terjadi didalam jaringan sistem kardiovaskular; pada arteri, vena, ruangan jantung dan mikrosirkulasi. Trombosis vena atau DVT (Deep Vein Thrombosis (VTE) pada umumnya terjadi pada kaki, tetapi dapat juga terjadi pada vena lain.
Gejala DVT pada kaki dapat berupa kaki bengkak, perubahan warna, sakit atau nyeri sampai fungsinya berkurang. Sumbatan pada kaki dapat fatal jika bekuan darah lepas dan terbawa aliran darah serta menyangkut di arteri pulmonalis (paru) atau disebut PE (Pulmonary embolism) hal ini berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian.
"Setiap orang memiliki risiko mengalami DVT, tetapi orang-orang dengan faktor risiko tertentu memiliki potensi lebih besar mengalami DVT," katanya.
Bagaimana dengan faktor risiko? Karmel menjelaskan, faktor risikonya dapat berbeda dan multifaktorial, ada beberapa, bisa karena faktor genetik karena didalam keluarga ada riwayat, dan bisa karena didapat.
"Gaya hidup kurang sehat sehingga obesitas, diabetes, hipertensi, hiperkolesterolemia, stasis, sindroma antiphospholipid, trombophilia, hiperhomosistinemia, keterbatasan gerak termasuk naik pesawat dalam waktu lama yang dikenal dengan economy class syndrome, kebiasaan merokok, dan juga pasca operasi besar,” katanya. (Eko Sutriyanto)