TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angka kematian ibu (AKI) dari tahun 2007 sampai dengan 2012 meningkat. Terhitung angkanya beranjang dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 359 pada tahun 2012.
Kenaikan tajam ini harus dilihat komprehensif dari sisi pemenuhan kebutuhan layanan reproduksi perempuan. Meskipun tersedia fasilitas layanan kesehatan untuk ibu hamil dan melahirkan, tidak serta-merta perempuan dapat mengakses.
Relasi kuasa dalam rumah tangga dan masyarakat dapat membuat perempuan tidak dapat mengambil keputusan atas kebutuhan reproduksinya sendiri.
Menurut Pakar Sosial Linda Rahmawati, pembangunan sektor kesehatan masyarakat merupakan salah satu andalan keberhasilan program pemerintah sejak masa orde baru, sehingga kalau angka kematian ibu meningkat maka pertanyaan besarnya adalah seberapa besar kegagalan program Puskesmas, Posyandu dan program penerangan kesehatan selama ini.
“Untuk itu, pengaktifan desa sebagai unit terdepan dari pemerintah perlu diintensifkan, karena terdapat kecenderungan program-program yang menyentuh
masyarakat di tingkat bawah, sejak dilakukannya reformasi di segala bidang, justru tidak dilakukan dengan aktif bahkan ditinggalkan. Keberhasilan sektor demokrasi dan politik ternyata tidak serta merta perbaikan disektor sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk para Ibu-bu ketika akan melahirkan,”kata Linda dalam pernyataannya, Minggu(6/10/2013).
Lulusan pascasarjana Universitas Indonesia ini mengatakan, meningkatnya kematian ibu harus segera direspons DPR-RI dengan menegur jajaran Menko Kesra,Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri dan mempertanyakan mengapa masalah kematian ibu karena melahirkan menunjukkan angka tinggi selama KIB I dan KIB II.