Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Praktik "wisatawan" seks anak melalai webcam atau webcam child sex tourism (WCST) kian memperihatinkan.
Mengutip data PBB dan FBI, Terre des Hommes, sebuah organisasi berbasis hak asasi anak yang berpusat di Belanda, mencatat terdapat 750 ribu predator yang aktif secara online dan siap memangsa anak di bawah umur.
"Pelaku WCST umumnya berasal dari negara maju. Karena tidak punya uang mereka memilih untuk berinteraksi seksual lewat internet," ujar Hanneke Oudkerk, Regional Programme Adviser Terre des Hommes Southeast Asia, Kamis (7/11/2013) siang.
Untuk mendeteksi lebih lanjut pelaku WCST, Terre des Hommes menciptakan karakter virtual yang didesain khusus bernama Sweetie, "gadis" berusia 10 tahun asal Filipina.
Dari sebuah gedung di Amsterdam, Sweetie lalu "beraksi" dengan memasuki ribuan public chat rooms (media chatting publik) di Internet.
Setelah dua bulan, tercatat 20 ribu predator meminta Sweetie melakukan aksi seksual, 1.000 di antaranya berhasil dideteksi indentitasnya mulai dari nama lengkap, alamat dan nomor telepon. Tanpa meretas, Terre des Hommes mendeteksi mereka lewat akun media sosial seperti Twitter atau Facebook.
Hanneke menuturkan dari 1.000 itu, diketahui 224 berasal dari Amerika, 110 dari Inggris, 54 dari Kanada, 103 dari India, dan tiga dari Indonesia. Semuanya adalah pria. Hanya satu pelaku perempuan.
"Susah untuk menggeneralisasikan secara pasti karakteristik pelaku karena mereka datang dari berbagai latar belakang. Umumnya pria, kurus atau gemuk, dari umur 20 sampai 60 tahun ke atas juga ada," jelas Hanneke.
Dia juga menambahkan, dari dua hari penelitian terhadap 84 chat room, terdeteksi 26 di antaranya digunakan sebagai media WCST.
Di kawasan Asia Tenggara, anak-anak atau mereka di bawah umur 18 tahun di Filipina disebut paling sering menjadi target para predator di WCST. Mereka melakukannya karena terdesak masalah ekonomi atau pengaruh buruk pergaulan.