TRIBUNNEWS.COM - Suara angklung yang mendendangkan lagu-lagu tradisional itu cukup enak di dengar. Tidak ada hal yang berbeda apalagi saat mata terpejam. Tapi saat membuka mata lebar-lebar barulah kelihatan bedanya.
Sekelompok anak yang memainkan angklung itu punya wajah yang hampir sama. Wajah khas mongoloid. Sesekali, satu dua anak keluar barisan. Namun tidak mempengaruhi nada-nada yang dimainkan secara medle itu.
"Enggak kebayang sabarnya yang melatih anak-anak ini," komentar salah satu ibu yang menonton pertunjukan anak-anak yang tergabung dalam Ikatan Syndrome Down Indonesia (ISDI). Pertunjukan itu diadakan seusai diadakan talkhshow dengan tema `Musik dan Manfaatnya Bagi Anak Berkebutuhan Khusus' di Pinisi Edutainment Park belum lama ini.
Aryanti Jacub, Pendiri dan pengurus ISDI mengaku, melatih anak-anak Down Syndrome ini memang sangat susah. "IQ anak-anak ini jelas dibawah rata-rata. Angka IQ nya bisa 34," kata Aryanti.
Padahal Intelligence Quotient (IQ) normal anak 100 dengan rata-rata 100-120. Diatas 130 kategori jenius. "Jangankan saat berlatih angklung, saat aktivitas biasa saja, anak-anak ini suka berantem, bahkan acuh, sulit melakukannya," katanya.
Tapi akhirnya ketika anak-anak menemukan keasyikan sendiri bermain angklung, merekapun bisa mengikuti. Walaupun masih ada kekurangan disana sini. Ia mengaku dibandingkan teknik bermain angklungnya, kesabaran paling penting saat mengajar angkung kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
"Kita memilih musik angklung karena ramai-ramai bermainnya. Bagi saya ini prestasi yang luar biasa. Dulu satu lagu, satu tahun. Sekarang satu lagu bisa dua minggu saja," katanya. Setelah anak-anak rajin main angklung, dampak yang nyata pada komunikasi. "Dari anak yang `tidak nyambung' jadi lebih nyambung. Mungkin butuh waktu tapi sampai juga," ujar Aryanti.
Menurut psikolog Seto Mulyadi, musik bisa menyentuh emosi anak-anak. Anak belajar dan berkembang jika disentuh emosinya. Apalagi musik menyenangkan. Ada gerakan, alunan nada-nada yang menyenangkan dan membawa manfaat. Seperti halnya Mozzart Effect yang bisa mempercepat pertumbuhan otak. Hal ini berlaku tidak hanya pada anak yang normal saja tapi juga pada anak yang berkebutuhan khusus.
"Jika anak-anak dibombardir dengan musik yang indah, perkembangannya juga optimal," kata psikolog yang biasa disapa Kak Seto dikesempatan yang sama.
Musik berdasarkan penelitian para ahli, merupakan alat dan sarana yang ampuh dalam mendekatkan hubungan antara orangtua dan anak penderita down syndrome atau anak berkebutuhan khusus. Musik bukan hanya dapat melatih anak dalam berbicara dan berkomunikasi, tapi juga dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.
Musik terbukti membantu menenangkan dan merangsang bagian otak yang terkait dengan emosi. Selain itu, musik juga dapat mengembangkan mental dan psikomotorik anak berkebutuhan khusus.
Psikolog Sri Muji Rakhmawati mengatakan, seperti juga anak-anak lain yang dianggap `normal', musik juga jadi sarana yang efektif untuk belajar. Bahkan di luar negeri, musik sudah dijadikan bagian terapi. Apa yang ingin dicapai, melalui musik agar lebih efektif dan menyenangkan bagi anak. Baik terlibat musik instrumental, memainkan alat musik, atau dinyanyikan. Saat bernyanyi bisa sambil dilatih bicara.
"Karena anak-anak down syndrome memiliki lidah yang pendek, sambil nyanyi bisa juga dilatih artikulasi," kata psikolog yang biasa disapa Wati ini. Misalnya untuk melafalkan kata `ibu', bisa sambil menyanyikan lagu `Satu-satu Sayang Ibu'.
Musik instrumental bisa menangkan dan membuat rileks. Secara keseluruhan, musik bisa merangsang saraf pada otak. "Setiap jenis musik memiliki stimulasi yang berbeda-beda pada saraf," kata Wati. Apalagi dalam setiap kegiatan bermusik dan bernyanyi anak-anak juga sambil gerak
"Anak-anak down syndrome punya masalah dengan obesitas. Dengan cara bernyanyi dan bermusik akan membuat anak-anak gerak. Tanpa musik atau lagu, biasanya anak-anak tidak mau gerak. Sehingga harus dipilih yang lagu dan musik yang menyenangkan," kata pengelola Yayasan Budi Waluyo ini.
Menurut Kak Seto, orangtua sering melupakan, dengan menyanyi,dan bermusik bisa meningkatkan IQ. Baik pada anak-anak yang normal dan down syndrome. Tapi anak-anak unggul IQ bukan segalanya. "Anak yang punya keberanian, kejujuran, kreativitas lebih penting," ujar Kak Seto. (lis)