TRIBUNNEWS.COM - Di Indonesia, 40 persen perempuan usia subur ternyata mengalami anemia, yaitu ketika kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal.
Data poliklinik hematologi medik FKUI/RSCM tahun 2012 menemukan fakta, perempuan usia 26-40 tahun mengalami anemia. Yang juga perlu dicatat, perempuan cenderung lebih berisiko terkena anemia ketika sedang hamil, menyusui, haid, dan yang melakukan diet makanan mengandung zat besi.
Dokter spesialis gizi klinik dari FKUI/RSCM Dr. dr. Inge Permadhi, MS, SpGK, dalam sebuah talkshow di Jakarta mengatakan, "Siklus menstruasi setiap bulan menjadikan perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak dibandingkan pria, sebab pada saat menstruasi jumlah rata-rata darah dan cairan yang dikeluarkan adalah 35 - 50 mL (atau sekitar 4 - 12 sendok makan)."
Namun, menurut Inge, darah yang dikeluarkan saat haid bisa hanya sebanyak 10 mL (hypomenorrhea), atau malah sampai 80 mL (hypermenorrhea). Untuk setiap 30 cc jumlah darah yang hilang pada periode itu, perempuan kehilangan 30 mg zat besi per periode menstruasi.
Normalnya, lanjut Inge, perempuan kehilangan zat besi sebesar 1 - 2 mg/hari yang dapat terjadi melalui deskuamasi sel saluran cerna, urin, keringat, berganti kulit, dan perdarahan, misalnya melalui menstruasi.
"Kehilangan zat besi di luar ambang normal akan meningkatkan risiko terkena anemia . Dalam periode menstruasi , perempuan kehilangan sel darah merah dan zat besi yang cukup banyak, sehingga tubuh membutuhkan asupan zat besi untuk menggantikan jumlah yang hilang," paparnya.
Oleh karena itu, saran Inge, agar tetap fit saat menstruasi, perhatikan jumlah kalori konsumsi makanan agar sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas yang dilakukan. Variasikan jenis makanan yang dikonsumsi agar memiliki komposisi gizi seimbang, dan miliki jadwal makanan yang sehat. Penuhi juga kebutuhan zat besi dengan konsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti daging hewani, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
Suplemen zat besi dapat diberikan ke segala kelompok usia, dari balita, anak sekolah, perempuan usia subur dan yang sedang hamil. Pemberian sumplemen tablet zat besi diperlukan untuk memenuhi zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makanan saja tidak mencukupi kebutuhan. Suplementasi zat besi merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kurang zat besi yang menyebabkan anemia.
Vitamin C, imbuh Inge, juga diperlukan untuk mempercepat penyerapan zat besi oleh tubuh, termasuk asam folat yang berperan dalam memproduksi sel darah merah. Sayangnya, kata Inge, asam folat dari sumber alamiah mudah rusak oleh oksigen dan suhu panas dalam proses memasak. "Kesulitan mendapatkan asam folat dari bahan makanan alamiah dapat diatasi dengan suplementasi asam folat aktif."
Selain memenuhi asupan tubuh dengan suplemen zat besi, Inge juga menyarankan pentingnya melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dalam tubuh secara rutin. "Bagi yang berisiko anemia, (pemeriksaan) dapat dilakukan setahun sekali. Sebagai pemeriksaan awal, dapat dilakukan dengan mendeteksi gejala dan risiko anemia, khususnya akibat mentruasi," ujar Inge. (Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com)
Saat Haid, Perempuan Lebih Berisiko Terkena Anemia
Editor: Anita K Wardhani
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger