TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski kusta tidak secara langsung termasuk ke dalam pencapaian Millenium Development Goals, namun terkait erat dengan lingkungan yaitu sanitasi.
"Penggunaan air bersih dan sanitasi membantu penurunan angka kejadian penyakit kusta," kata Menteri Kesehatan Nila Moeloek di Kementerian Kesehatan RI di Jakarta, Senin (26/1/2015).
Masalah yang ditimbulkan dari penyakit kusta bukan hanya medis tetap juga masalah ekonomi, sosial dan pendidikan. Nila menyebut, saat ini perhatian terhadap orang yang pernah mengalami penyakit kusta memerlukan perhatian seluruh masyarakat, baik LSM, para ahli, akademisi.
"Langkah yang dilakukan sebagai wujud perhatian adalah hadirnya Resolusi Jakarta yang bisa menghilangkan stigma dan diskriminasi bagi warga negara yang mempunyai masalah itu," katanya.
Resolusi Jakarta memuat tiga pendekatan yakni dengan memahami masyarakat berani bergaul dengan OYPMK, melalui pemahami keluarga dan tokoh masyarakat bisa peduli untuk mengajak penderita ke puskesmas.
"Dengan memahami, maka tenaga kesehatan akan melayani semua pasien dengan penuh kasih sayang dan tidak diskriminatif," katanya.
Indonesia menjadi negara ketiga dunia dengan kasus kusta terbanyak yakni 16.825 kasus kusta baru dengan angka kecacatan 6,82 per 1.000.000 penduduk.
Kasus baru penyakit yang disebabkan mycobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepi, jaringan dan organ tubuh lain (kecuali otak) ini terbanyak ditemukan di India (134.752 kasus) dan Brasil (33.303 kasus).
Meskipun tergolong ke dalam penyakit menular, kusta merupakan penyakit yang tidak mudah menular, karena diperlukan kontak erat secara terus menerus dan dalam waktu yang lama dengan penderita.