TRIBUNNEWS.COM - USUS buntu sebenarnya adalah bagian penghasil pertahanan tubuh karena terdapat kelenjar limpe.
“Jadi kalau ada kuman yang masuk di tubuh, usus buntu ini bertugas untuk mengurangi infeksi,” kata Dokter Umum Rumah Sakit Islam (RSI) Surakarta, dr Indrasti Paramita kepada Joglosemar.
Gerakan peristaltik di dalam usus menyebabkan produksi lendir yang juga meningkat.
Nah, sumbatan itu lama kelamaan akan mengeras yang mengakibatkan apendik bengkak dan berakhir pada radang apendik (apendiksitis) atau orang awam menyebutnya dengan usus buntu “Usus buntu juga bisa terjadi akibat infeksi,” katanya.
Peradangan atau pembengkakaan yang terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna pada usus buntu (appendiks) akibat adanya tekanan, akhirnya usus buntu mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah tak mendapatkan makanan lagi.
Dari sejumlah kasus yang ada, Mita, sapaan akrab dr Indrasti Paramita mengungkapkan setidaknya ada tiga macam penyakit usus buntu. Jenis pertama disebut apendiksitis akut (dadakan).
“Jenis apendiksitis ini terjadi secara tiba-tiba. Gejala awalnya memang tidak dirasakan oleh pasien, tapi tiba-tiba merasakan sakit di perut sebelah kanan bawah atau titik Mc Burney dan mengalami demam dengan suhu 37 derajat selsius,” ujarnya.
Jika tidak teratasi dengan baik, jenis ini bisa berubah menjadi kronis. Gejalanya hampir sama dengan maag yakni mual muntah disertai dengan demam tinggi sekitar 38 derajat selsius selama beberapa hari. Pasien juga bisa mengalami diare atau bahkan tidak bisa Buang Air Besar (BAB).
“Ada juga kasus pasien usus buntu tidak bisa buang angin/ kentut. Kalau sudah seperti ini, pasien haus menjalani operasi pengangkatan usus buntu,” katanya.
Namun, pasien tidak perlu khawatir, inovasi di bidang kesehatan dalam hal ini laparoskopi sangat membantu dalam pengambilan usus buntu. Di mana, pasien tidak perlu melakukan operasi besar, tetapi hanya disayat dan dimasukkan alat untuk memotong usus buntu yang mengalami infeksi.