News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fakta Seputar Kanker Payudara Menurut Pengalaman Spesialis Bedah Onkologi RS Siloam MRCCC

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Spesialis bedah onkologi dari Rumah Sakit Siloam MRCCC, Dr dr Samuel J Haryono SpB Onk (kiri) bersama Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) yang juga Direktur RS Siloam MRCCC pada media conference dengan tema Inner Beauty Renovates the Challenges in Comprehensive Cancer Center yang digelar di Rumah Sakit Siloam MRCCC Semanggi, Jakarta, Jumat (6/11/2015) siang.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Spesialis bedah onkologi dari Rumah Sakit Siloam MRCCC, Dr dr Samuel J Haryono SpB (K) Onk, mengatakan, kasus kanker payudara di Indonesia sering menyerang wanita usia antara 47-50 tahun.

Penyebabnya pun bervariasi, bisa faktor genetik atau hormonal.

“Karena itu, perlu pemeriksaan lebih awal, screening lebih dini. Apalagi, untuk kanker payudara tidak ada pengobatan alternatif, tapi pengobatannya melalui operasi, kemoterapi dan hormonal. Ibu-ibu harus tahu masalah ini karena usia mereka berisiko terkena penyakit ini,” kata dr Samuel pada media conference dengan tema “Inner Beauty Renovates the Challenges in Comprehensive Cancer Center” yang digelar di Rumah Sakit Siloam MRCCC Semanggi, Jakarta, Jumat (6/11/2015) siang.

Dia mengingatkan kembali pemahaman dan sudut pandang mengenai penanganan pasien kanker payudara.

“Menurut saya, dalam setiap terapi penanganan pasien kanker, selalu ada temuan-temuan baru yang mengikutinya, baik dari aspek biologis maupun varian alami yang memicu munculnya masalah kesehatan wanita,” ujarnya.

Perkembangan tersebut, membuat dr Samuel penasaran sekaligus antusias, apalagi yang harus dilakukan untuk menekan angka kegagalan dalam penanganan pasien kanker payudara.

“Pertanyaan semacam ini terus bermunculan di kepala saya, terutama ketika saya menjalani pendidikan bedah onkologi di Belanda. Saya terlibat dalam studi kolaborasi dan percobaan dengan para peneliti dunia,” jelasnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Dr Melissa Luwia mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terkena penyakit membahayakan, khususnya kanker payudara.

Upaya deteksi dini tersebut, kata dia, bisa dilakukan satu bulan sekali dengan mendatangi klinik kesehatan terdekat.

Menurut Melissa, saat ini masyarakat, utamanya kaum wanita cenderung malu untuk memeriksakan diri ke dokter. Padahal, langkah seperti itu perlu dilakukan untuk mendeteksi lebih awal.

“Jika kanker payudara ditemukan pada stadium dini, tentu akan mudah untuk disembuhkan. Namun, jika ditemukan pada stadium lanjut, itu akan lebih sulit dimusnahkan karena telah menyebar ke anggota tubuh lain,” kata Melissa.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2014, kaum hawa yang peduli untuk melakukan deteksi dini baru 1,75 persen dari jumlah wanita di Indonesia.

Minimnya kepedulian itu, pertama karena mereka khawatir ketahuan sakit. Selanjutnya bagi yang sudah berumah tangga, mereka tidak mendapat izin dari suami.

Perempuan yang juga menjabat Direktur RS Siloam MRCCC ini menambahkan, hampir 60 persen kaum hawa baru memeriksakan diri ketika sudah menderita kanker payudara stadium lanjut.

Semestinya, mereka harus mendeteksi diri sejak awal karena penyakit ini cukup mematikan.

“Kami ingin membantu pemerintah untuk mengedukasi masyarakat supaya mereka lebih peduli terhadap kesehatannya. Kalau mereka sudah terkena kanker, tentu tingkat survival lebih rendah. Maka itu, datanglah ke dokter untuk SADARI (periksa payudara sendiri), jangan menununggu dan menunda-nunda lagi,” papar Melissa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini