TRIBUNNEWS.COM – Fajar masa edit genom telah menyingsing. Minggu lalu di London, dokter mengumumkan keberhasilan penyembuhan leukimia dengan teknologi edit genom.
Layla Richards adalah orang pertama di dunia yang merasakan "keajaiban" edit genom. Sebelumnya, baru tikus yang merasakan teknologi ini.
Beberapa waktu lalu, Layla ibarat divonis mati. Dokter mengatakan pada orang tua Layla bahwa mereka sudah kehilangan cara untuk mengobati leukimia.
Tak ingin putus asa, orang tua Layla memilih pengobatan edit genom. Dokter pun bertindak. Setelah beberapa bulan, Layla bukan hanya bisa tersenyum, tetapi juga bebas dari leukimia, dan bisa tersenyum di usia satu tahun.
Bagaimana edit genom bekerja?
Semua pengobatan genetik berbasis pada perubahan material genetik, asam deoksiribonukleat (DNA), yang menyimpan semua kode, perintah, dan kunci sifat pemiliknya.
Prinsipnya, DNA baru dimasukkan ke dalam sel berisi DNA yang mengalami "kesalahan" sehingga mengakibatkan penyakit tertentu. DNA dibawa ke dalam sel dengan pembawa tertentu, bisa berupa virus atau bakteri.
Teknologi edit genom pernah iujicoba pada pasien bubble boy syndrome, seseorang yang mengalami mutasi pada gen IL2RG sehingga tidak memiliki sistem kekebalan tubuh.
Genom penderita bubble boy berhasil diperbaiki dengan memasukkan virus yang membawa DNA "sehat". Sayang, percobaan kemudian dibatalkan setelah sang pasien mengalami leukimia.
Masalah yang terjadi saat itu, DNA dimasukkan secara random sehingga mengganggu sistem dan malah memicu perkembangan kanker.
Sejak saat itu, teknologi edit genom terus dikembangkan. Fokus utamanya adalah presisi, memotong dan menempel gen pada lokasi yang tepat. Berkembang kemudian teknologi-teknologi gunting molekuler, Zinc, Talens, dan Cispr.
Keberhasilan aplikasi edit genom pada Layla memicu decak kagum.
Dari donor, dokter mengambil sel darah putih yang sehat. Talens digunakan untuk merekayasa perlindungan dari obat anti-kanker sehingga tidak menyerang sel sehat.
Lalu, virus yang membawa gen baru sehat dimasukkan sehingga bisa menyerang sel-sel leukimia. Upaya itu juga akhirnya membuahkan hasil.
Waseem Qasim, dokter dari Great Ormond Street Hospital yang terlibat penanganan Layla mengatakan, "Teknologi edit genom bergerak cepat dan akurasi untuk menarget area gen tertentu menjadi lebih efisien."
Teknologi edit genom sendiri berpotensi untuk mengoreksi ragam kesalahan genetik sehingga berpotensi beragam penyakit. Adrian Thrasher, juga dari Great Ormond Street Hospital, seperti dikutipBBC, Jumat (5/11/2015) mengatakan, teknologi edit genom akan mencapai puncaknya pada 10 tahun ke depan.