TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Idealnya sebuah negara mempunyai dua persen cadangan kantong darah dari jumlah penduduknya.
Sayangnya Indonesia belum mampu memenuhi jumlah yang ideal atau kekurangan mencapai satu juta kantong darah per tahun.
"Jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia sekitar 5,1 juta kantong pertahun atau 2% jumlah penduduk Indonesia, tapi sekarang baru mencapai 4,1 juta kantong darah," kata Alexander Rusli, Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) di Jakarta, Senin (15/2/2016).
Sebanyak 4,1 juta kantong darah ini berasal dari 2,7 juta donasi dan sebanyak 84,72 persen diantaranya berasal dari donor darah sukarela.
Masih kurangnya kebutuhan darah ini mendorong Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar kegiatan bakti sosial kemanusiaan berupa donor darah.
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan operator telekomunikasi, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Masyarakat Telematika (MASTEL).
"Selain wujud kesetiakawanan sosial juga dilakukan karena saat ini muncul musibah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ," katanya.
Aksi donor darah yang digelar dengan menggandeng Palang Merah Indonesia (PMI) ini diharapkan mampu mengumpulkan pendonor hingga 150 orang.
Sebelumnya, ATSI juga memberikan apresiasi kepada 893 Donor Darah Seratus Kali (DDS) ditengah krisis cadangan darah nasional yang ada di PMI.
Penghargaan ini adalah bentuk dukungan untuk mendorong gerakan masyarakat pendonor darah dalam upaya membantu PMI menyediakan stok darah nasional.
Bentuk apresiasi dari ATSI berupa Kartu Perdana dan pulsa senilai Rp 1 juta untuk 893 penerima penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial Donor Darah Sukarela 100 kali dari seluruh propinsi.