TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fogging atau pengasapan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti pembawa virus demam berdarah dengue (DBD).
Namun, penggunaan fogging harus tepat.
Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr.dr Tri Yunis Miko Wahyono, Msc mengungkapkan, penggunaan fogging yang berlebihan bisa menyebabkan nyamuk menjadi kebal.
"Hasil penelitian saya di Jakarta dan Depok, ada satu RW lakukan fogging hampir tiap bulan. Kalau begitu terus, dalam waktu dua tahun sudah pasti resistensi," kata Miko dalam diskusi kesehatan bersama Harian Kompas dan Siloam Hospital di Jakarta, Sabtu (30/4/2016).
Miko mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan Balitbangkes Kementerian Kesehatan, juga sudah ditemukan nyamuk yang resistensi dengan fogging. Tak heran jika setelah fogging masih ada saja warga yang terkena DBD di wilayah yang sama.
Penyebab kebal lainnya adalah bisa jadi karena dosisnya tidak tepat dan tidak semua rumah dilakukan fogging.
Menurut Miko, pemerintah perlu sosialisasi ke publik maupun pihak terkait mengenai obat fogging yang sudah tidak ampuh membasmi nyamuk. Jika sudah resistensi, penggunaan jenis obat untuk fogging harus diganti.
Direktur pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik ,Vensya Sihotang mengatakan, fogging merupakan langkah terakhir yang dilakukan jika sudah ada pasien demam berdarah dalam suatu wilayah. Terlebih penting, yaitu mencegah pertumbuhan jentik nyamuk.
Mengenai risiko nyamuk kebal dengan fogging, menurut Vensya masih perlu koordinasi dengan Kementerian Pertanian.