TRIBUNNEWS.COM - Berbeda dari laki-laki, perempuan memerlukan banyak prasyarat dan syarat agar hubungan seksualnya membuahkan orgasme.
Di sinilah pasangan laki-laki banyak mengambil peran.
Fungsi seksual merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam kehidupan perkawinan. Faktor lain yang ikut berperan adalah perasaan cinta, toleransi, finansial, pendidikan, budaya, dan nilai-nilai yang dianut serta penghayatan agama.
Berfungsi secara optimal atau tidaknya hubungan seksual dalam perkawinan dapat mempengaruhi fungsi-fungsi lain yang kemudian dapat mempengaruhi pula kualitas hidup pasangan suami-istri.
Dalam perkawinan, fungsi seksual dapat berfungsi sebagai sarana prokreasi, rekreasi, komunikasi, dan tentunya sebagai bentuk ekspresi rasa cinta dan sayang kepada pasangan.
Sebagaimana olahraga, hubungan seksual juga dapat meredakan stres, meningkatkan mood, dan meningkatkan harga diri.
Bagi laki-laki, frekuensi atau kuantitas hubungan lebih penting, sedangkan kenyamanan atau kualitas hubungan seks lebih berarti bagi perempuan.
Karena bagi perempuan kualitas hubungan seksual lebih penting, maka tercapainya orgasme mempunyai makna penting.
Namun, orgasme yang merupakan puncak dari respons seksual, ternyata tidak selalu dapat dialami atau dicapai dalam setiap hubungan seksual.
Bila ini yang terjadi, berarti seorang perempuan mengalami suatu kondisi yang disebut sebagai gangguan orgasme, yaitu sulit atau tidak dapat mencapai orgasme.
Gangguan itu hadir meskipun telah ada rangsang seksual yang cukup dan telah mencapai fase arousal (perangsangan). Akibatnya, para perempuan yang mengalaminya akan timbulkan perasaan stres.
Kondisi yang bagaimana dapat memfasilitasi tercapainya orgasme pada perempuan?
Terdapat beberapa faktor yang mendukung agar orgasme dapat dicapai oleh seorang perempuan, antara lain:
Pasangan yang benar-benar disukai, disayangi, dicintai.