TRIBUNNEWS.COM - Tato yang dilukis di tubuh umumnya bersifat permanen atau tidak bisa hilang. Tato tersebut akan melekat di kulit seumur hidup.
Tapi, bagaimana jika tiba-tiba berubah pikiran atau ada tuntutan untuk menghilangkan tato tersebut?
Dokter spesialis kulit dan kelamin dari Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah Suksmagita Pratidina mengungkapkan, tato bisa dihilangkan dengan metode laser, yaitu dengan pemberian gelombang panas pada kulit.
"Tapi tato tidak bisa hilang 100 persen. Kalau tato warna hitam, masih tersisa 5-10 persen. Sedangkan tato warna warni seperti merah, oranye, itu sisanya bisa 30 persen. Tetapi hanya samar saja terlihatnya," kata Gita di Jakarta, Senin (13/6/2016).
Gita mengatakan, pigmen tato tidak bisa dihancurkan oleh kulit, sehingga butuh bantuan laser untuk menghancurkan pigmen tersebut.
Laser akan menembakkan gelombang panas ke dalam kulit, kemudian menghancurkan pigmen tato menjadi partikel yang sangat kecil di kulit atau seperti debu. Ketika sudah jadi partikel kecil, baru bisa dihilangkan oleh kulit.
"Bisa diambil sel makrofak, itu seperti sel dalam kulit yang membuang sampah-sampah dan bisa hilang di saluran limfatik," terang Gita.
Gelombang panas yang ditembakkan ke dalam kulit pun bervariasi, mengikuti kedalaman pigmen tato yang dipasang. Menurut Gita, penggunaan laser akan lebih mudah jika tato dibuat oleh orang profesional.
"Tato profesional mengatur kedalaman pigmen sama rata. Kalau yang engga profesional berbeda-beda kedalaman pigmen tatonya," kata Gita.
Selain itu, pemberian gelombang panas dari laser juga disesuaikan dengan warna kulit pasien. Misalnya, pasien dengan kulit putih akan mendapat energi laser lebih ringan dibanding kulit cokelat. Hal ini untuk menghindari pemberian energi berlebihan yang dapat merusak pigmen kulit asli.
Gita mengatakan, untuk menghilangkan tato secara maksimal diperlukan minimal 4 kali laser. Dalam satu kali laser, warna tato sudah berkurang 20-30 persen. Jeda pemberian laser pertama dan kedua pun cukup lama, yaitu minimal setelah 1 bulan. Ini karena mengikuti siklus pergantian kulit 28 hari sekali.
Dian Maharani/Kompas.com