TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Epilepsi bukan penyakit menular dan bukan penyakit kutukan.
Bahkan epilepsi dapat dikontrol dengan minum obat teratur serta rutin kontrol pengobatan yang baik sesuai kondisi pasien.
"Penyandang epilepso juga dapat hidup dan bekerja seperti orang kebanyakan, “ imbuh dr. Jeffry Oeswadi, MARS saat talk show memperingati Hari Epilepsi Dunia (World Purple Day) di Siloam Hospitals Lippo Village (SHLV)
Epilepsi merupakan penyakit neurologis atau terjadi gangguan pada otak dan serangan epilepsi seperti kejang terkadang dianggap bukan suatu penyakit.
"Kurangnya pengetahuan masyarakat, menyebabkan orang dengan epilepsi terlambat ditangani dan mendapat stigma atau pandangan negatif," katanya.
Baca: Punya Epilepsi, Rapper Terkenal Kejang-kejang di Udara
Sebagian masyarakat, kata dia masih belum paham tentang apa itu epilepsi dan bagaimana seharusnya penanganannya bahkan pasien dan keluarga masih malu dan menutupi bila ada anggota keluarga dengan epilepsi.
Dr dr Vivien Puspitasari, Sp.S., ahli spesialis saraf dari SHLV Mengatakan, di seluruh dunia terdapat 4 - 10 penduduk penyandang epilepsi per 10.000 penduduk pertahun.
Sedangkan di Indonesia dari sekitar 250 juta penduduk, terdapat 1,5 juta jiwa hingga 2,4 juta jiwa penyandang epilepsi yang memerlukan pengobatan.
Proses penanganan pasien tidak cukup hanya menangani pasien saja, akan tetapi yang paling penting yaitu orang terdekat yang tinggal serumah dengan pasien, seperti orang tua, anak, keluarga terdekat.
“Penting karena mereka yang selalu ada bersama penyandang epilepsy setiap hari agar tidak panic setiap kali ada serangan terhadap pasien epilepsy,” sebut Vivien.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa serangan epilepsi dapat berbeda-beda pada setiap kasus karena tergantung pada fungsi otak mana yang terganggu.
Baca: Kasus Kematian Mendadak Pasien Epilepsi Berkaitan dengan Kerusakan Gen
"Selain berupa kejang-kejang serangan epilepsy dapat pula berupa hilang kesadaraan sesaat seperti ‘bengong’, tiba-tiba menjatuhkan atau melempar benda yang dipegang," katanya.
Vice CEO Siloam Hospitals Lippo Village, dr. Jeffry Oeswadi, MARS menyatakan, seminar diadakan mengingat banyak mitos beredar di masyarakat yang menganggap epilepsi sebagai penyakit kutukan dan penyakit menular.
"Seminar turut memperlengkapi informasi kepada masyarakat awam mengenai strategi pengobatan dan motivasi agar jangan memberi stigma negatif terhadap penyandang epilepsi," katanya.